Inilah sebagai bukti nyata sekaligus pralambang, manunggaling bebrayan agung sekaligus golong-gilige toleransi antar umat beragama atau disebut moderasi beragam di era sekarang, sebenarnya telah tercipta sejak tahun 1633 Masehi.
Jikalau ditintingi dan dijlimati atau didedah lebih dalam lagi, sejak jaman nenek moyang kita antara kebudayaan Jawa dengan tuntunan agama Islam, bukan sebagai entitas yang memancing debat kusir, terlebih menyulut dan atau menyebabkan perpecahan warga masyarakat.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Eling Pepeling Filosofi Caping
Pandangan Islam kejawen yang lebih mengutamakan isi katimbang kulit luarnya, memang lebih selaras dengan cita rasa maupun ciri khasnya budaya dan filosofi falsafah kehidupan wong Jawa, di tengah kemajemukan masyarakat.
Inilah yang semestinya dijadikan spirit spiritual, introspseksi, dan kontemplasi setiap datangnya bulan Sura, tahun baru Jawa yang bertepatan datangnya tahun baru Islam. ***
Kustawa Esye : Pimpinan Redaksi KaranganyarNews.com dan Ketua Komunitas Kiai Damar Sesuluh (Spirit Reliqious, Cultural dan Education)