Selain itu dimaknai juga sebagai saatnya membeningkan alam pikir maupun batiniah, lebih mengkhusukkan wirit dan dzikir teruntuk memohon berkah karomah anugerah kepada Gusti Kang Maha Welas Asih.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Nama Japamantra dan Doa
Dalam tradisi Jawa, bulan Sura juga dianggap sebagai saat paling tepat untuk membersihkan atau mensucikan kotoran badan wadak atau secara lahiriyah maupun katarak jiwa atau atau noktah hitam batiniah kita.
Adat tradisi Jawa mensucikan badan wadak atau secara lahiriyah, disimbulkan dengan ritual membersihkan diri dan ritual njamasi (membersihkan) beragam barang aji (keris, tombak, cundrik dan lainnya) sering juga disebut pusaka.
Termasuk diantaranya, membersihkan tempat-tempat peribadatan kepada Sang Kholiq, membersihkan makam ahli waris yang telah mendahului meninggal dunia, dan lainnya.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Pacul
Sedangkan untuk mensucikan katarak jiwa atau noktah hitam batiniah, para leluhur kita juga mengajarkan dan mencontohkan dengan menjalani berbagai macam laku ritual.
Diantaranya dengan laku prihatin puasa (puasa ngebleng, puasa mutih, puasa ngrowot, dan lainnya), kungkum atau merendam diri pada tempuran sungai serta sumber mata air, tapa mbisu dan lainnya.
Akulturasi Jawa Islam