Oleh |.| Kustawa Esye
MESKI Shakespeare mengatakan; “Bunga mawar akan tetap harum meski diberi nama lain.” Nama, sejatinya bukan sebatas sebutan agar seseorang dapat diketahui dan dikenali.
Nama, merupakan ekspresi atau manifestasi diri bagi si empunya. Setiap peristiwa, sesungguhnya selalu terhubung dengan nama. Bahkan, sebagai khalifah fil ard manusialah pencetus beragam peristiwa di jagad raya.
Bila disebut dalam peristiwa atau tindakan yang baik, nama pelaku akan turut terbawa harum. Namun, jikalau nama seseorang dikaitkan dengan peristiwa buruk, pasti namanya akan turut tercemar.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Pacul
Dari sekian banyak bahasa daerah di Nusantara yang hingga kini masih lestari, Bahasa Jawa memiliki pilihan kata sangat menarik. Baik dari dimensi makna harfiah, marfologis bahkan jikalau ‘didedah’ nilai-nilai falsafah filosofinya.
Karena itu pula, bahasa serta budaya Jawa tetap menjadi ‘kandidat’ tertinggi, dipilih para orang tua untuk menamai putra-putri tercintanya. Hingga era digitalisasi saat ini, warisan adiluhung bangsa kita tidak punah digilas globalisasi.
Sebagai bangsa yang kaya keragaman budaya daerah, sepantasnya kita terus melakukan berbagai upaya, untuk melestarikan aset negeri ini. Salah satu diantaranya, menyematkan unsur budaya bangsa yang mendunia tadi pada nama buah hati tercinta.
Baca Juga: Ini Amalan Ibadah Murah dan Mudah Dilakukan Menurut Gus Baha