Ngaji Jiwa Jawi; Nama Japamantra dan Doa

- 9 April 2022, 10:05 WIB
Kustawa Esye
Kustawa Esye /Dok Kiai Damar Sesuluh/

Pranatan tata kelola spiritual masyarakat Jawa, sesungguhnya juga sangat menghargai alam seisinya, sebagai pangejawantahan filosofi hidup yang lebih mengutamakan harmoni dengan ayat-ayat kauniyah-Nya.

Baik harmoni dan atau keselarasan antara manusia dengan alam semesta, dengan sesama insan, demikian juga dengan Allah Sang Maha Pencipta, hablu maninannas maupun hablu minallah.

Masyarakat Jawa dalam memberikan nama putra-putrinya, tidak sedikit juga yang menggunakan nama dan atau sebutan ciptaan Allah. Inilah realisasi penghargaan kita, terhadap alam semesta ciptaan Gusti Kang Murbengningrat.

Baca Juga: Ngupil Siang Hari di Bulan Ramadhan, Batalkah Puasanya?

Selain itu, sebenarnya juga sebagai implementasi falsafah filosofi hidup ’Memayu hayuning bawana’, komitmen kekholifahan kita untuk menjaga kelestarian serta keselarasan jagad raya.

Dalam filosofi falsafah jiwa jawining wong jawi, nama seseorang selain sebagai identitas atau jatidiri diyakini juga sebagai mantra (kata atau kalimat magis), panjangka (harapan) dan tentu saja sebagai doa.

Tidak hanya itu, nama juga merupakan penanda kesadaran teologis, sekaligus pujian religius, dan perhiasan. Selebihnya, juga merupakan syair magis yang  dijadikan panggilan di dunia hingga diserukan di akhirat kelak kemudian hari.

Baca Juga: Potong Rambut Kemaluan di Bulan Ramadhan, Batalkah Puasanya?

Nama yang disematkan kepada ananda tercinta, merupakan harapan agar kelak dikemudian hari putra atau putrinya tumbuh berkembang dewasa,  sesuai dan sebagaimana kandungan makna dalam nama tersebut.

Kearifan lokal budaya memilih dan atau menentukan nama anak yang bersumber falsafah filosofi jiwa jawining wong Jawi ini, sesungguhnya juga selaras dengan ajaran agama maupun keyakinan apa pun yang berkembang di Indonesia.

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x