Dalam bahasa agama Islam mengamanatkan, setiap orang tua menetapkan serta menumpukan harapan yang paling didambaharapkan, melslui nama yang disematkan kepada putra-putri buah hati tercinta.
Baca Juga: Mandi Junub Setelah Imsak, Batalkah Puasa Ramadhannya?
Harapan kepada kehidupan ke depan putra-putrinya bukan hanya agar buah cintanya cantik atau ganteng, pandai, cerdas dan berkelebihan serta kemampuan fisik lainnya.
Akan tetapi, setiap orang tua pasti mendambaharapkan putra-putrinya kelak menjadi insan taqwa, taat kepada Allah, Rasul, berbakti kepada orang tua dan sifat-sifat shaleh/ sholekah lainnya.
Dalam spirit spiritual kejawen, nama juga sebagai pangejawantahan doa. Bagi telinga kedua orang tua, nama anak tak ubahnya bagai syair reliqius yang dilantunkan dengan iringan orkesta merdu mendayu, menyentuh relung kalbu.
Baca Juga: Sopir Bus, Tukang Becak, Kuli Bangunan Boleh Tidak Puasa? Begini Penjelasan Gus Baha
Sebagaimana hakikat makrifat magisnya doa, semakin sering dilafalkan dan atau dilantunkan, doa yang terangkai dalam nama anaknya semakin memberi support spiritual reluqius putra-putri si empunya nama, hingga berkarakteristiknya sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam namanya. ***
Kustawa Esye |.| Redaktur Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) dan Budayawan, Ketua Komunitas Kiai Damar Sesuluh (Spirit Reliqious, Cultural & Education)