Desa Ngerangan, Cikal Bakal Warung HIK Nan Legendaris dan Ngangeni

22 September 2021, 03:13 WIB
Foto kenangan, Bupati Klaten Sri Mulyani menyerahkan penghargaan kepada Inisiator Desa Cikal Bakal Angkringan, Suwarno dan Tokoh Perintis Angkringan, Wiryo Jeman /diskominfo klaten/

KARANGANYARNEWS – Dibalik legendaris dan kian popularnya warung HIK, tak banyak masyarakat mengetahui cikal bakal atau asal muasal warung yang menyajikan beragam jajanan khas nan ngangeni ini.

Warung HIK, warung angkringan, warung wedangan,  warung sego kucing dan atau sejumlah sebutan lainnya lagi, memang kian popular dan merambah ke berbagai penjuru kota se Nusantara.

Belakangan ini, sejumlah alumni beberapa perguruan tinggi di Solo dan Yogyakarta, sukses meraup dolar bermodal spekulasi keberaniannya membuka warung angkringan khas  Jawa Tengah ini di manca Negara.

Baca Juga: PKK Desa Jetis Wetan, Hijaukan Tanah Kas Desa dengan Sayuran Organik

Berbagai referensi dan literasi yang ditemukan, menyebutkan asal muasalnya dari Desa Ngerangan. Pemukiman di lereng pegunungan batu nan gersang, salah satu desa di Kecanatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Tak hanya warga setempat, banyak pihak membenarkan dan meyakini Desa Ngerangan yang berbatasan kras perbukitan batu di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini, cikal bakal warung HIK.

Bahkan, hingga saat ini tercatat mayoritas warga desanya sebagai perantau ke berbagai penjuru kota, menekuni usaha warung angkringan secara turun-temurun. Praktis, perekonomian lebih dari 600 kepala keluarga pun tertopang dari warung HIK ini.

Baca Juga: Tunggu Setahun Lagi, Layanan PDAM Kecamatan Karangdowo

Suwarno, 41 tahun  salah satu inisiator terwujudnya Desa Ngerangan sebagai Desa Cikal Bakal Angkringan menyebutkan, sejak dulu usaha angkringan telah menjadi roda penggerak perekonomian warga setempat.

Pernyataan ini, juga dibenarkan Mbah Wiryo Jeman, 95 tahun, saksi hidup sekaligus pelaku sejarah awal mulanya warga Ngerangan yang urban merintis usaha bakul angkringan.

Dijelaskan juga, dulu angkringan memang dikenal sebagai warungnya rakyat kecil. Namun sekarang, angkingan terus berkembang bahkan bahkan berhasil menaikkan kelas, menjadi tempat berburu kuliner bagi masyarakat strata perekonomian menengah ke atas juga.

Baca Juga: Penanganan Covid-19 di Klaten Yes Oke, 427 Isolasi Terpusat Sudah Tak Dihuni

Suwarno yang mengaku telah 13 tahun lebih menekuni profesi warung angkringan atau HIK, kepada awak media memaparkan, wirausaha yang dijalani sebagian besar warga Ngerangan  tersebut semakin berkembang.

Warga yang berjualan makanan dan minuman dalam warung angkringan, menurutnya rata-rata setiap harinya meraih kentungan hingga ratusan ribu rupiah. Selain itu, juga telah berhasil mengembangkan sayap usaha pendukungnya.

Warga yang memproduksi gerobak angkringan juga kebanjiran order. Bangku pikul akringan yang diproduksi juga warga Ngerangan, mereka menjualnya berkisar Rp 2,5 juta sampai  Rp 3 juta per unit. Sementara gerobak dorong lengkap dengan peralatannya, harga minimalnya Rp 3,5 juta.

Baca Juga: Sidak Proyek Jalur Evakuasi Erupsi Merapi, DPRD Temukan Ketidaksesuai Lelang

“Pasarnya sudah go Nasional. Diantaranya sering mendapat pesanan dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan lainnya. Salah seorang pengusaha gerobak yang aktif memproduksi, mengirim 40-50 unit setiap bulan,” terang Suwarno.

Mengingat potensinya yang menjanjikan, sekaligus dimaksud untuk melestarikan tradisi leluhur itulah, lanjut dia Pemerintah Desa Ngerangan dan para tokoh masyarakat setempat, berupaya mengangkat desanya sebagai Cikal Bakal Desa Angkringan.

Upaya ini, dimaksud juga dapat menambah peluang pengembangan pariwisata di desanya dan menambah peluang peningkatan perekonomian warga Desa Ngerangan.

Baca Juga: Mangut Kepala Manyung, Inilah Sensasi Baru Kuliner Lereng Merapi

Menurut Suwarno, agar semakin memantapkan desanya sebagai destinasi wisata berbasis potensi lokal, Pemerintah Desa Ngerangan juga akan membangun museum dan Sekolah Angkringan.

Pihaknya juga akan memasukan unsur angkringan dalam beberapa paket wisata di daerahnya. Tak hanya wisatawan lokal, pelancong mancanegara pun menjadi bidikan mereka. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler