Hari Raya Waisak: Air Berkah Umbul Jumprit dan Makna bagi Umat Buddha

- 16 Mei 2022, 00:09 WIB
Prosesi pengambilan air berkah dari mata air alam Umbul Jumprit ini merupakan rangkaian dalam menyambut perayaan Tri Suci Waisak 2566 Tahun Buddhis.((Foto: Dok. Istimewa/kemenag.go.id)
Prosesi pengambilan air berkah dari mata air alam Umbul Jumprit ini merupakan rangkaian dalam menyambut perayaan Tri Suci Waisak 2566 Tahun Buddhis.((Foto: Dok. Istimewa/kemenag.go.id) /

KARANGANYARNEWS - Hari Raya Waisah: Air Berkah Umbul Jumprit dan Makna bagi Umat Buddha. Kabut di lereng gunung Sindoro, tepatnya di Desa Jumprit, Kabupaten Temanggung mulai turun, Minggu, 15 Mei 2022 jelang siang itu. Hawa dingin pun menusuk tulang.

Senandung ritual terdengar berkumandang di kawasan Umbul Jumprit sebagai tanda dimulainya prosesi pengambilan air berkah oleh ratusan Bikkhu, Bhikuni, dan umat Buddha Indonesia dari berbagai majelis.

Prosesi pengambilan air berkah dari mata air alam Umbul Jumprit ini merupakan rangkaian dalam menyambut perayaan Tri Suci Waisak 2566 Tahun Buddhis.

Prosesi ritual berlangsung khidmat. Perwakilan majelis bergantian melakukan ritual diawali penyalaan dupa dan lilin pancawarna.

Baca Juga: Api Dharma dalam Setiap Hari Raya Waisak, Inilah Makna Filosi Bagi Kehidupan Kita

Usai melakukan ritual, para Bikkhu dan Bhikuni kemudian mengambil air berkah berjarak sekira 20 meter dari lokasi ritual.

Para Bikkhu dan Bhikuni secara bergiliran berjalan ke arah sendang berbentuk gua tempat mata air mengalir.

Di sepanjang jalan menuju sendang, tampak dupa-dupa kecil menghiasi tebing di bawah pohon beringin dan cemara berusia puluhan tahun.

Para Bikkhu kemudian mengambil air berkah dan dimasukkan ke dalam kendil berhias bunga melati dengan gayung dari batok kelapa.

Di bawah sendang terdapat makam Eyang Jumprit yang meninggal pada 1308.

Baca Juga: Rangkaian Perayaan Hari Raya Waisak 2566 BE di Candi Borobudur

Menurut warga sekitar, Sendang Umbul Jumprit sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit yang menjadi tempat bertapa para rohaniwan Buddha dan Hindu.

Ada delapan majelis Buddha mengikuti ritual air berkah, yakni Majelis Theravada Indonesia, Sangha Theravada Dharmayut Indonesia, Sangha Mahayana, Sangha Tantrayana Palpung, Sangha Mahanikaya Indonesia, Majelis Kasogatan dan Madatantri, Majelis Agama Buddha Guangji Indonesia, dan Majelis Matresia.

Prosesi ritual pengambilan berkah ini mendapat penjagaan dari Satpol PP, Babinsa, dan Brimob Polres Temanggung.

Makna Air Berkah

Baca Juga: Jelang Hari Raya Waisak, Ini 11 Pesona Candi Kalasan

Mewakili Plt Dirjen Bimas Buddha, Triroso, mengatakan pengambilan air berkah setiap menyambut perayaan Waisak memiliki makna mendalam bagi umat Buddha di Indonesia.

"Dalam agama Buddha, tentunya kita menyambut perayaan Waisak dengan menyelaraskan alam dan air yang menjadi sumber kehidupan, kebersihan, dan lambang kerendahan hati serta ketenangan dalam kehidupan," kata Triroso, usai prosesi pengambilan air berkah di Umbul Jumprit, dilansir dari laman resmi Kementerian Agama RI, kemenag.go.id.

"Untuk itu, tradisi pengambilan air berkah ini akan tetap dilestarikan dan memaknainya bukan sekadar ritual, melainkan secara esensial dari air yang perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari," sambungnya.

Baca Juga: Ditinggal Shalat, Dua Mobil Jamaah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Terbakar

Prosesi pengambilan berkah di Umbul Jumprit merupakan rangkaian keempat menyambut perayaan Tri Suci Waisak 2566.

Sebelumnya, karya bakti, bakti sosial, dan pengambilan api Dharma di Mrapen.

Aktivitas ritual ini sempat terhenti selama dua tahun, yakni 2020-2021 akibat pandemi Covid-19.

Air berkah diambil dari Umbul Jumprit kemudian diarak menggunakan mobil dengan pengawalan polisi menuju Candi Mendut untuk disemayamkan dan disakralkan.

Baca Juga: Diduga Rasis, Aksi Brutal Remaja AS Tembaki Warga Sebabkan 10 Orang Tewas

Tiba di Candi Mendut, air berkah disambut dan diterima Plt Dirjen Bimas Buddha Nyoman Suriadarma bersama perwakilan majelis Buddha, di antaranya Walubi dan Permabudhi.

"Air dari sisi nyata adalah sumber energi dalam tubuh. Dari aspek simbolis air ini salah satu bentuk kerendahan hati karena air mengalir selalu mencari tirik rendah," kata Nyoman Suriadarma.

"Dan air selalu juga tidak membeda-bedakan siapa yang harus diberikan kehidupan. Itulah air yang sesungguhnya sangat universal manfaatnya sehingga kehidupan tetap berjalan sampai hari ini," sambungnya. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah