“Mengembalikan alun-alun sebagai ikon Semarang yang ada nilai sejarahnya bukan hal mudah,” tandasnya.
Dalam forum diskusi yang sama, Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah, Mohammad Agung Ridlo menunjukkan, dulu alun-alun merupakan konsep pemerintah Hindia Belanda sebagai pusat pemerintahan di setiap daerah tingkat II.
Baca Juga: Bakul Cilok Mengaku Nabi Akir Jaman, Inilah 10 Kronologi dan Faktanya
Namun demikian, sejak tahun 1970-an alun-alun Kota Semarang berubah fungsi menjadi area bisnis atau komersial. Bahkan, meneurut Mohammad Agung Ridlo, pendopo yang indah itu dibongkar.
“Kalau kini ada upaya revitalisasi alun-alun, Pemkot Semarang harus membikin alun-alun di setiap kecamatan, kelurahan, RW, dan RT. Kita di perkotaan miskin ruang terbuka hijau, sehingga harus diperbanyak alun-alun itu,” saran dia.
Ketua Umum Satupena Jawa Temgah, Gunoto Saparie menyatakan terima kasih kepada Pemkot Semarang yang bersedia bekerja sama untuk mengadakan kegiatan ini.
Baca Juga: Primbon Jawa; Kamis Pahing, Inilah Jalan Termulus Sukses Karir Prefesimu
Apalagi dalam dialog kebudayaan selain dapat menjalin komunikasi sinergis, juga memunculkan ide-ide sangat solutif untuk menggapai suatu sintesa yang lebih segar.
“Semoga hasil diskusi ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi eksekutif maupun legislatif,” kata Gunoto Saparie yang juga Ketua Umum Dewan Kesenian Provinsi Jawa Tengah. ***