Tradisi Ramadan: Mengintip Asyiknya Main Long Bumbung di Lereng Merbabu

6 April 2022, 23:15 WIB
Anak-anak di lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Selo, Boyolali, menunggu waktu berbuka puasa Ramadan dengan bermain meriam bambu atau long bumbung. (Foto: Dok. Istimewa) /

KARANGANYARNEWS - Sejumlah anak di lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Selo, Boyolali, menunggu waktu berbuka puasa Ramadan sambil bermain meriam bambu atau long bumbung, layaknya senjata untuk perang.

Setiap sore, sekelompok anak ini bersama-sama membawa meriam bambu untuk ditempatkan di sebuah lahan kosong jauh dari pemukiman warga.

Sesampainya di lokasi, mereka lalu menata meriam berjajar dan mengarah ke puncak Gunung Merapi.

Kendati rumahnya berada di lereng Gunung Merbabu, namun puncak Gunung Merapi terlihat jelas dari tempat anak-anak ini bermain.

Baca Juga: Ngeri! Diduga Geng Klitih Gentayangan di Boyolali, Bacok Remaja Nongkrong

"Permainan ini rutin dilakukan setiap memasuki bulan puasa, selain itu juga untuk menunggu waktu berbuka puasa tiba,” kata Riski Bagas Pratama, saat ditemui wartawan, Selasa, 5 April 2022.

Diungkapkan pula, permainan meriam bambu membutuhkan beberapa alat yang harus disiapkan, seperti bambu kuat dan besar, korek api, air, dan karbit.

“Kalau memakai karbit suaranya lebih keras seperti meriam beneran. Kalau dulu cuma pakai minyak tanah,” ungkap Riski Bagas Pratama.

Anak-anak di lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Selo, Boyolali, menunggu waktu berbuka puasa Ramadan dengan bermain long bumbung. (Foto: Dok. Istimewa)

Hal senada diutarakan Habibah. Kendati wanita, namun dirinya tak takut membunyikan meriam bambu karena setiap tahun di Bulan Ramadan selalu memainkannya.

“Biasa saja, tidak takut. Ini kan sudah biasa untuk menunggu buka puasa. Setahun sekali kok,” ucapnya.

Habibah bersama teman-temannya selain bermain meriam bambu, mereka juga mengisi waktu luang di Bulan Ramadan dengan belajar membaca Alquran dan berlatih menari.

“Latihan menari, belajar membaca Alquran, dan bahasa Inggris. Asyik kok main meriam,” kata Habibah.

Baca Juga: Resep Sop Ayam Tanpa Micin, Bikin Pintar dan Anti Darting

Sementara, Pembina Yayasan Alam Desa, Agung Suci Nurhadi dalam upaya pengembangan pariwisata desa, pihaknya mengaku melibatkan anak-anak dan remaja.

Mereka diberi tempat untuk bermain dan berkreasi dengan rasa aman dan nyaman seperti saat ini.

“Salah satunya adalah seperti tadi berkaitan dengan setiap Ramadan pasti ada long bumbung atau meriam bambu di sore hari. Kalau di pagi hari kami ada latihan bahasa Inggris untuk anak-anak dan juga tari khusus untuk pemuda, terutama habis Isya,” terangnya. (jaka) ***

Editor: Andi Penowo

Tags

Terkini

Terpopuler