“Ada plencing, bothok, thiwul, bekatul, cenil, gathot, gemblong, srabi dan berbagai jajanan maupun minuman tradisional lainnya,” terang Seruni, ibu rumah tangga 35 tahun, pengunjung dari Desa Tegalrejo, Kecamatan Bayat, Klaten.
Karena di desa ini jauh sebelumnya sudah dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah, terang Purwanto, Kepala Desa Melikan, sudah barang pasti sebagian pedagang Pasar Pinggul juga menjual aneka kerajinan khas berbahan baku tanah liat tadi.
Baca Juga: Primbon Jawa: Inilah Jawaban, Kenapa Selasa Pon Rentan Terperangkap Bujuk Rayu
Sekedar mengingatkan, terutama teruntuk pengunjung yang baru pertama kali berwisata kuliner di Pasar Pinggul. Seluruh makanan, jajanan, minuman, dan atau kerajinan tidak boleh dibeli langsung dengan mata uang rupiah.
Pasar Pinggul yang hanya buka setiap Minggu Legi, selapan atau 35 hari sekali transaksinya secara barter, menggunakan koin atau kepingan gerabah yang terbuat dari tanah liat, ciptaan pengrajin gerabah warga Desa Melikan.
Cara mendapatkan koin khas dan khusus ini, “Pengunjung menukarkan uang rupiahnya dengan koin, kepada pengelola pasar wisata ini, ” kata Retno salah seorang pengelola kepada karanganyarnews.com, Minggu Legi pagi di Pasar Pinggul. ***