Keren, Pacul Goweng Khas Lereng Merapi Merbabu Raih Predikat Kekayaan Budaya Takbenda

- 9 Desember 2021, 11:15 WIB
Tata rias pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng khas lereng Merapi Merbabu,   telah ditetapkan sebagai Kekakayaan Budaya Takbenda Kemendikbud Ristek
Tata rias pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng khas lereng Merapi Merbabu, telah ditetapkan sebagai Kekakayaan Budaya Takbenda Kemendikbud Ristek /SMSolo/

KARANGANYARNEWS - Paska diteteapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Kemendikbud Ristek, Harpi Melati Boyolali kian gencar mensosialisasikan tata rias pengantin khas lereng Merapi Merbabu.

Tata rias yang telah ada sejak jaman perjuangan Pangeran Diponegoro ini, memiliki ciri khas tersendiri. Tidak sama tata rias pengantin Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, demikian juga Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,

“Ciri khasnya pada sunduk mentul yang mengeksplorasi keanekaragaman sumberdaya alam Kabupaten Boyolali. Ada yang berbentuk matahari, pepaya, bunga mawar, tembakau dan sapi,” kata Amalia Mallika Sari.

Baca Juga: Demi Sesuap Nasi, Mbah Tumi danMbah Sumi Abaikan Ancaman Lahar Merapi

Dijelaskan juga, tata rias pengantin khas lereng Merapi Merbabu yang berlabel Wahyu Merapi Pacul Goweng ini, menggunakan corak Panunggolo Merapi Merbabu dengan motif paes pengantin wanita khas.

Warna paesnya hijau kehitaman dengan lis emas, eyeshadow dan warna mata juga hijau kehitaman. Lipstiknya merah jambu, sedangkan  sanggulnya ukel tekuk samber lilin.

“Bentuknya, hampir sama ukel tekuk lainnya, hanya  pada bagian pinggirnya ada irisan daun pandan,” terang perias yang juga pengurus Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (Harpi) Melati Kabupaten Boyolali tadi.

Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru 2021, Letusan Terdahsat Sepanjang 58 Tahun  

Ditemui awak media disela Peringatan HUT ke-40 Harpi Melati Kabupaten Boyolali, Amalia Mallika Sari juga menjelaskan, kuluk pengantin pria juga khas sebagaimana digunakan prajurit Pangeran Diponegoro.

Diceritakan, tata rias pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng, peninggalan atau warisan era perjuangan Pangeran Dipononegoro. Sewaktu bermarkas di lereng Merapi Merbabu, tepatnya di daerah Selo salah satu prajurit pengikutnya menikah, dengan gadis warga setempat.

Pakaian dan riasan pengantin pria maupun wanita mengenakan tata ria dan busana pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng tersebut,” kata dia. Tahun 2015 lalu, Harpi Melati Kabupaten Boyolali menggali warisan budaya adiluhung tersebut.

Baca Juga: Kampung Solo di Gunung Semeru, Jejak Kolonialisme VOC yang Terlupakan

Diakui juga, hingga tata rias pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng ditetapkan Kemendikbud Ristek sebagai Warisan Budaya Takbenda, belum memasyarakat di Kabupaten Boyolali.

Warga masyarakat di lereng Merapi Merbabu, lebih mengenal dan menggunakan tata rias pengantin gaya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan atau Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.  

Itulah yang menspirit Harpi Melati Kabupaten Boyolali lebih gencar mensosialisasikan tata rias penganti  Wahyu Merapi Pacul Goweng, dikatakan juga saat ini telah ada sejumlah perias di Kabupaten Boyolali yang mahir merias Wahyu Merapi Pacul Goweng.

Baca Juga: Primbon Jawa, 8 Karir Profesi Paling Hoki Teruntuk Kamis Wage

“Untuk merias model ini memang tidak mudah. Setidaknya butuh waktu minimal tiga jam untuk pengantin putri dan satu jam untuk pengantin pria,” Amalia Mallika Sari menutup perbincangannya kepada awak media. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x