Hitungan Primbon Tak Berjodoh; Catat, Ini Sederet Solusi Tanpa Sesaji

- 24 Februari 2022, 15:36 WIB
Lorobloyo dan Keris Pamor Wahyu Tumurun, dua benda yang diyakini beraura spiritual positif menangkal aura negatif ketidaksesuaian hitungan neptu weton perjodohan
Lorobloyo dan Keris Pamor Wahyu Tumurun, dua benda yang diyakini beraura spiritual positif menangkal aura negatif ketidaksesuaian hitungan neptu weton perjodohan /Kustawa Esye/

Menurutnya, terdapat sejumlah benda beraura spiritual positif teruntuk menangkal aura negatif, ketidaksesuaian hitungan perjodohan. Disebutkan, tidak perlu melakukan ritual kusus dan sesaji tertentu. 

Beberapa pakar dan praktisi falsafah filosofi budaya Jawa menyebutkan, patung sepasang pengantin dalam budy Jawa disebut Loroblonyo, sangat efektif untuk menyerap energi negatif penyebab konflik rumah tangga.

Baca Juga: Ini 12 Weton Wanita Setia Menurut Primbon Jawa, Idaman Para Pria

Benda lainnya lukisan yang pemandangan alam dengan dominasi tanaman serba hijau. Tujuannya, tidak lain agar bisa memberikan suasana segar, dingin dan kesejukan didalam rumah.

“Teruntuk pasangan suami istri yang dirasa telah terjadi keretakan keharmonisannya, lukisan bertema binatang lengkap dengan anak-anaknya menjadi terbaik yang dapat dipajang,” Ki Buyut Lawu menambahkan.

Sedangkan bagi mereka yang suka mengkoleksi pusaka, praktisi perhitungan Pawukon atau penanggalan tahun Jawa ini menyarankan menyimpan ‘tosan aji’ yang memiliki pamor identik kedamaian dan kerejekian.

Baca Juga: 7 Weton Wanita Titisan Dewi Sri Menurut Primbon Jawa,  Kaya Raya dan Hidup Makmur

Benda-benda pusaka yang beraura spiritual positif penangkal keretakan mahligai rumah tangga, dicontohkan diantaranya tombak atau keris yang pamornya Wahyu Tumurun, Banyu Mili, Beras Wutah, Kulit Semangka, Udan Emas dan lainnya.

Beberapa jenis binatang peliharaan, juga diyakini dapat membantu menguatkan ketenteraman hubungan suami istri dalam satu ikatan keluarga. Diantaranya, ikan koi dan burung pemakan biji-bijian.

“Jumlah bintan periaraanya tidak masalah. Namun ada baiknya berjumlah tujuh, sesuai falsafah fislosofi Jawa angka ‘pitu’ (tujuh) yang berarti senantiasa mendapat pitulungan,” terang Ki Buyut Lawu.

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x