Berharap Restu Leluhur Melalui Tradisi Sadranan di Bulan Ruwah

- 15 Maret 2022, 10:18 WIB
Tradisi Sadranan di makam Kyai Langsur, Sukoharjo
Tradisi Sadranan di makam Kyai Langsur, Sukoharjo /Klasik Herlambang/

KARANGANYARNEWS-Memasuki Bulan Ruwah atau Sya'ban banyak warga terlihat berbondong-bondong datang ke komplek pemakaman, untuk menggelar Sadranan.

Keranjang-keranjang kecil berisi bunga terlihat terjinjing di tangan mereka. Bahkan di beberapa wilayah tertentu, warga juga membawa beragam makanan untuk dimakan bersama di dalam komplek makam.

Ada keyakinan bahwa bulan Ruwah menjadi saat yang tepat untuk berkunjung ke para leluhur. Sebagai bagian dari upaya pembersihan batin, jelang memasuki bulan Ramadan.

Baca Juga: Cap Go Meh yang Jatuh Hari Ini: Sejarah, Makna, dan Tradisi Mengiringinya

Tradisi yang oleh masyarakat Jawa disebut Nyadran ini, bukanlah tradisi baru.Tradisi ini sudah berkembang sangat lama, terutama pada masa Hindu Jawa.

Dan karena masih ada masyarakat pendukungnya, maka tradisi itu tetap bertahan hingga saat ini.

Nyadran atau Sadranan sendiri diyakini merupakan metamorfosa dari ritual sraddha yang sudah digelar berabad yang lalu di jaman Majapahit.

Baca Juga: Begini Kisah Horor di Balik Tradisi Memasang Lampion dan Menyalakan Kembang Api setiap Imlek
Konon kabarnya saat itu, untuk mengenang mendiang Ratu Tribuana Tunggadewi, kerajaan membuat sebuah rangkaian bunga berbentuk perahu. Yang diyakini bisa menjadi pengantar arwah dari mendiang sang ratu, menuju ke alam keabadian.

Dari situlah kemudian tradisi ini terus berkembang. Masyarakat mulai banyak yang mengikutinya hingga kemudian tetap terjaga hingga saat ini. Bahkan saat agama Islam mulai masuk dan berkembang di tanah Jawa, tradisi ini juga tetap dilakukan.

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah