Bahwa tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa dan Maha Benar, tanpa melalui perantara. Dengan begitu, mata hati akan dapat menyaksikan kekuasaan Allah yang semuanya itu berasal dari-Nya.
Inilah yang dapat mengantarkan kita kepada tawakal, dengan tawakal dapat pula menemukan suatu keyakinan bahwa manusia itu sama sekali lemah, tak berdaya, tak ada kekuasaan dan tak ada kekuatan dalam genggaman-Nya.
Artinya setiap tarikan dan hembusan napas, dari ujung rambut sampai ujung kaki tak lepas dari takdir Allah. Tawakal, bukan berarti kita duduk diam dan menunggu sesuatu jatuh dari langit.
Tawakal, hendaknya kita berikhtiar dan merasa butuh. Namun demikian, jangan meminta dengan ”paksa” kepada Allah.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Pacul
Katakan pada hati ini, ”Jika aku mau tegak berdiri dan berikhtiar maka Allah Maha Bijaksana dalam menentukan takdirnya kepadaku”. ***
Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kamtibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.