Sijjin (2023): Film Horor Kisah Cinta Tak Berbalas, Lebih Mengerikan dari Aslinya?

- 16 November 2023, 18:05 WIB
Sijjin (2023) film horor adaptasi kisah cinta tak berbalas, lebih mengerikan dari aslinya. Film ini menghadirkan gebrakan pada genre horor khususnya. (Dok. Instagram/@bioskopmovie.id)
Sijjin (2023) film horor adaptasi kisah cinta tak berbalas, lebih mengerikan dari aslinya. Film ini menghadirkan gebrakan pada genre horor khususnya. (Dok. Instagram/@bioskopmovie.id) /

KARANGANYARNEWS – Sijjin (2023): Film Horor Kisah Cinta Tak Berbalas, Lebih Mengerikan dari Aslinya? Sijjin (2023) menjadi salah satu film adaptasi yang lebih baik dari aslinya. Karya adaptasi garapan Lele Laila sebagai penulis alur Sijjin (2023) ini mampu secara apik mengolah dan mengadaptasi film, sehingga menghadirkan gebrakan pada genre horor khususnya.

Film diadaptasi di bawah Production House (PH) Rapi Film ini menggaet Lele Laila sebagai penulis naskah yang juga pernah menulis cerita KKN di Desa Penari (2020).

Berdasarkan konsep cerita, adaptasi Film Siccin (2014) akan lebih berpotensi masuk ke ranah masyarakat Indonesia yang sebagian besar menganut agama Islam.

Baca Juga: Film Horor Turki Siccin Siap Tayang di Bioskop Indonesia, Awas Jangan Nonton Sendirian!

Selain itu, beragamnya budaya pada kehidupan masyarakat Indonesia membuat scene persekutuan dengan iblis menjadi lebih terasa.

“Adaptasi dari horor Turki, ‘Siccin’ ini seperti ingin menghadirkan versi live action dari sebuah ungkapan lama, ‘cinta ditolak dukun pun bertindak’ yang diisi dengan banyak ritual jahat, jeroan hewan menjijikkan, dan kematian demi kematian mengerikan gegara cinta ditotak,” ungkap salah satu akun di media X.

Ada beberapa hal menjadi pembeda antara Sijjin (2023) dengan Siccin (2014), yakni pada penggunaan hewan babi diganti kerbau pada perjamuan dan perjalanan ritual film tersebut.

Baca Juga: Pesawat TNI AU TT-3103 Jatuh di Pasuruan, Tabrak Tebing dan Hancur

Hal ini sebenarnya menuai kelebihan dan kekurangan, mengingat penggunaan babi pada versi asli sepertinya untuk lebih mendekatkan cerita dengan perjamuan iblis.

Namun, penggunaan kerbau pada film adaptasi tersebut juga tidaklah salah sebab di Indonesia sendiri penggunaan kerbau atau kambing sebagai salah satu media untuk melakukan praktik ilmu hitam.

Selain itu, jika ditarik pada lingkungan sendiri di Turki, babi menjadi hewan banyak ditemui, sedangkan di Indonesia kerbau menjadi hewan yang mudah dan lazim dipakai dibandingkan babi.

Dengan kata lain, produser Sijjin (2023) mencoba main aman dengan norma masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Profil Wregas Bhanuteja, Sutradara Film Budi Pekerti yang Punya Karier Gemilang

Selain itu, apiknya film ini dengan pemilihan tempat yang memang lekat akan alur cerita serupa. Tempat diambil, yakni berada di wilayah Pandeglang, Provinsi Banten.

Penggunaan bahasa daerah juga semakin memberi ruh pada film ini, sekaligus membedakan dengan serial aslinya.

Pada dasarnya, film ini tidak memiliki banyak perbedaan unsur cerita, hanya saja kultur, bahasa, serta suasananya banyak membedakan cerita Sijjin versi Indonesia ini.

Kendati demikian, masih banyak hal perlu dibuktikan jika mengadaptasi sebuah film dari luar.

Baca Juga: Sinopsis Film Budi Pekerti, Angkat Kisah Cyber Bullying yang Sabet 17 Piala Citra 2023

Bukan hanya itu, Indonesia harus lebih percaya diri dengan  mengangkat potensi terkait folklore local yang tentu saja masih dapat digali secara optimal.

“Baru nonton mvs Sijjin, emang adaptasi dari film Turki. Overall bagus, cuma ending-nya yang bikin greget aja,” ungkap netizen lainnya.

Adaptasi bukan hanya sekadar memindahkan alur cerita asli ke versi negara pengadaptasi, namun produser harus lebih memahami terkait eksplorasi cerita dikaitkan dengan fenomena atau kultur permasalahan serupa di Indonesia. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x