KARANGANYARNEWS – Paska ditetapkannya tradisi Mondosio sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kemendikbud Ristek, warga masyarakat setempat kian terspirit melestarikan budaya adiluhung warisan nenek moyangnya.
Sebagaimana tradisi bersih desa lainnya, Mondosiyo merupakan upacara adat sarat filosofi kehidupan manusia dan alam semesta. Selain mengekplorasi rasa syukur, juga mengekpresikan doa keselamatan dan kesejahteraan hidup kepada Sang Kholiq.
Upacara adat di Dusun Pancot, Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah ini, digelar tujuh bulan sekali setiap Wuku Mondosiyo, menurut perhitungan penanggalan tahun Jawa.
Baca Juga: Sisi Lain Pembangunan Waduk Jlantah, Makam Punggowo Baku Sambernyawa Terancam Tenggelam
“Puncak acaranya hari pasaran Selasa Kliwon bertepatan Wuku Mondosiyo,” terang Kasi Trantib Kelurahan Kalisoro, Santoso. Dijelaskan, tradisi Mondosio digelar di dua lingkungan, Pancot Lor dan Pancot Kidul keduanya Kelurahan Kalisoro.
Sebagaimana digelar pada Selasa Kliwon, 31 Nopember 2021 puncak acara tradisi Mondosiyo di lereng barat Gunung Lawu ini, dipusatkan di Pendapa Lingkungan Pancot Lord an Pancot Kidul.
Rangkaian acara ritualnya, menurut Santoso sudah dilakukan warga masyarakat semenjak tiga hari sebelum puncak acara. Mulai hari Minggu Pon, warga setempat telah mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk sesajen.
Baca Juga: Inilah 'Wulangreh' Teruntuk Pemimpin di Karanganyar, 7 Maqom Reliqious Raden Mas Said
Diantaranya bahan makanan pokok, kambing, ayam, dan lainnya. Satu hari sebelum puncak acara, Senin Wage warga sesajen dan seluruh kelengkapan yang telah dipersiapkan warga masyarakat disimpan pada rumah sesepuh adat.