Network
Meja kursi tempat pelanggan menikmati beragam menu yang disajikan, contohnya. Tetap memanfaatkan barang antik nan etnik, diperkirakan telah berumur satu abad lebih tadi.
Meja besar untuk memajang seluruh dagangannya, kursi atau bahasa setempat disebut ‘dingklik’ panjang sebagai tempat duduk para pelanggan, keduanya terbuat dari papaan kayu jati tebal hingga kini tetap dipakai.
Baca Juga: Suksesi Pura Mangkunegaran, GPH Bhre Cakrahutomo Pewaris Tahta
Demikian juga deretan ‘lodong’, toples kaca tempat ‘cemilan’ atau jajanan kering di Waroeng Jadoel ini, sekarang sudah tergolong serta dikategorikan perkakas rumah tangga antik dan langka.
Melihat deretan ‘lodong’, beserta tutupnya nan unik yang masih difungsikan pemilik Warong Jadoel, angan serasa kembali ke jaman dulu. Tepatnya, saat Lebaran tiba setiap rumah memajang sederet toples berisi aneka jajanan.
Selain itu, Waroeng Jadoel juga tetap mempertahankan memasak secara tradisional, menggunakan kayu bakar. Aroma makanan yang dimasak dengan kayu bakar, memang bercitarasa khas nan etnik.
Baca Juga: Keraton Surakarta Memanas Lagi, Penobatan Putra Mahkota Diperdebatkan
“Untuk melestarikan citarasa warisan nenek moyang, kuliner yang kami sajikan tidak menggunakan bumbu penyedap rasa instan. Seluruhnya dibumbui ramuan empon-empon tradisional,” kata dia menambahkan.
Beragam jajanan tradisional tempoe dulue, ada di Waroeng Jadoel Temanggung. Seperti diantaranya klepon, ketan aneka rasa, wajik, onde-onde, pisang goreng, tahu tempe goreng, bakwan dan lainnya.
Menu kuliner atau olahan sebagai lauk pauk nasinya, memang tidak banyak pilihan. Menu makan besar di Waroeng Jadoel, lebih mempertahankan kuliner tradisional bercitarasa khas yang sejak dulu disuka pelanggannya.
