Filosofi dan Makna Bubur Suro, Sajian Khas Masyarakat Jawa Sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram

- 19 Juli 2023, 22:17 WIB
Filosofi dan makna bubur suro, sajian khas masyarakat Jawa sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram cukup lekat dengan berbagai seni budaya dan tradisi peninggalan masa lalu. (Foto: Instagram/@dapur.maklong)
Filosofi dan makna bubur suro, sajian khas masyarakat Jawa sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram cukup lekat dengan berbagai seni budaya dan tradisi peninggalan masa lalu. (Foto: Instagram/@dapur.maklong) /

KARANGANYARNEWS - Filosofi dan Makna Bubur Suro, Sajian Khas Masyarakat Jawa Sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram. Masyarakat Jawa, utamanya di bekas daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam sampai saat ini masih memercayai dan cukup lekat dengan berbagai seni budaya dan tradisi peninggalan masa lalu.

Salah satunya pembuatan jenang atau bubur suro yang biasa disajikan saat datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharram.

Sebagaimana dikutip dari akun Instagram @jogjaseni, Selasa, 10 Agustus 2021, pembuatan jenang suro mempunyai makna filosofi sebagai suatu bentuk rasa syukur dalam menjalani laku hidup sehari-hari.

Biasanya pembuatan jenang suro menggunakan berbagai macam bahan, di antaranya beras, santan, jahe, garam, dan serai.

Baca Juga: 5 Menu Sarapan Praktis dan Sehat Ala Bule, Cocok buat Anak Kost

Tak hanya itu, sajian khusus khas masyarakat Jawa ini juga dilengkapi butiran jeruk bali, buah delima serta tujuh jenis kacang, terdiri atas kacang kedelai, kacang tanah, mete, kacang tholo, kacang hijau, kacang merah, dan kacang bogor serta ditambah daun kemangi dan mentimun.

Di samping itu, sajian dari bubur suro juga ditambah opor ayam dan sambal labu siam serta biasanya disajikan dengan berbagai ubo rampe alias hidangan pelengkap.

Menurut berbagai sumber yang berhasil dikumpulkan, banyaknya bilangan tujuh untuk bahan-bahan yang dipersiapkan juga mempunyai arti tersendiri.

Halaman:

Editor: Andi Penowo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x