Beda Lafadz Doa Qunut: Begini, Versi Nabi Muhammad Saw

- 28 Maret 2024, 04:05 WIB
Di antara para ulama, terdapat perbedaan lafadz doa qunut. Berikut doa qunut versi atau yang dilakukan Nabi Muhammad Saw
Di antara para ulama, terdapat perbedaan lafadz doa qunut. Berikut doa qunut versi atau yang dilakukan Nabi Muhammad Saw /Pexels/Monstera

KARANGANYARNEWS - Terdapat perbedaan lafadz doa qunut di antara para ulama, baik menurut al-Hadi maupun asy-Syafii. Dalam beberapa hadis, juga terdapat perbedaan lafadz doa qunut. Berikut doa qunut versi atau yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. 

Disebutkan, pengertian qunut adalah tunduk kepada Allah SWT dengan penuh kebaktian. Dari beberapa hadis, qunut juga dapat diartikan thulul qiyam.

Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, disebutkan yang dimaksud thulul qiyam adalah berdiri lama untuk membaca dan berdoa di dalam salat, sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.

 Baca Juga: 14 Tips Puasa Ramadhan Ibu Menyusui: Ibadahnya Khidmad, Diri dan Si Buah hati Tetap Sehat

Qunut yang seperti inilah yang disyariatkan (masyru’), sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad saw. berikut ini:

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ اْلقُنُوتِ. [رواه مسلم وأحمد وابن ماجه والترمذى وصححه]

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Nabi saw bersabda: Salat yang paling utama adalah berdiri lama (untuk membaca doa qunut).” [HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, dan at-Tirmidzi].

   Baca Juga: Shalat Tarawih Belum Shalat Isya? Catat, Inilah Syariat Ibadah Sunah Bulan Puasa Ramadhan      

Sebagaimana dilansir dari muhammadiyah.or.id, terkait lafadz doa qunut  juga ada beberapa perbedaan dalam beberapa hadis, salah satu di antaranya sebagai berikut:

فَقَدْ أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ إِسْحَاقَ الْبَزَّارُ بِبَغْدَادَ مِنْ أَصْلِ سَمَاعِهِ بِخَطِّ أَبِي الْحَسَنِ الدَّارَقُطْنِيِّ أنبأ أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ الْفَاكِهِيُّ بِمَكَّةَ ثنا أَبُو يَحْيَى عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ زَكَرِيَّا بْنِ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي مَيْسَرَةَ، أَخْبَرَنِي أَبِي، أنبأ عَبْدُ الْمَجِيدِ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ هُرْمُزَ أَنَّ بُرَيْدَ بْنَ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَهُ قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ، وَمُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ هُوَ ابْنُ الْحَنَفِيَّةِ بِالْخَيْفِ يَقُولَانِ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ وَفِي وِتْرِ اللَّيْلِ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ: اللهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ. [رواه البيهقي و عبد الرزاق]

Artinya: “(Al-Baihaqi berkata): Telah menceritakan kepada kami Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan bin Ishaq al-Bazzar di Baghdad, berdasarkan naskah sama’nya yang ditulis oleh Abu al-Hasan ad-Daruquthni, (ia berkata):

Telah memberitakan Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin Ishaq al-Fakihi di Makkah, (ia berkata): Telah menceritakan kepada kami, Abu Yahya ‘Abdullah bin Ahmad bin Zakariya bin al-Haris bin Abi Masarrah (ia berkata):

Telah mengabarkan kepada kami ‘Abd ‘al-Majid –yaitu Ibnu ‘Abd al-‘Aziz bin Abi Rawwad- dari Ibnu Juraid, (ia berkata): Telah menceritakan kepadaku ‘Abd ar-Rahman Ibnu Hurmuz bahwa Buraid Ibnu Abi Maryam telah menceritakan kepadanya dimana ia mengatakan:

Aku mendengar Ibnu ‘Abbas dan Muhammad ‘Ali, yaitu Ibnu al-Hanafiyah di al-Khaif mengatakan: “Adalah Nabi Muhammad saw. melakukan qunut dalam salat subuh dan salat witir malam dengan membaca doa ini:

 Allaahummah dinii fiiman hadait, wa ‘aafinii fiiman ‘aafait, wa tawallani fii ma tawallait, wa baarik lii fii maa ‘athait, wa qinii syarra maa qadhait, innaka taqdhii wa laa yuqdhaa ‘alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbanaa wa ta’aalait

Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, dan berilah aku kesehatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan, berilah aku perlindungan di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan, berkahilah aku dalam apa yang telah Engkau berikan kepadaku, dan lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang menetapkan dan tidak menjadi obyek ketetapan, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah mendekat kepadaMu, wahai Tuhanku, Maha Suci dan Maha Tinggi lah Engkau.” [H.R. al-Baihaqi dan ‘Abd ar-Razaq].

 

Hadis Dhaif

Dalam Bulughul Maram, Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadis ini dha’if. Dalam Nataji’ al-Afkar, Ibnu Hajar juga mengatakan, Ibnu Hurmuz dalam sanad hadis ini namanya adalah ‘Abdur-Rahman dan ia seorang perawi yang majhul.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَأَحْمَدُ بْنُ جَوَّاسٍ الْحَنَفِيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ، عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ، قَالَ: قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ عَنْهُمَا: عَلَّمَنِي رَسُولُ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي الْوِتْرِ، – قَالَ ابْنُ جَوَّاسٍ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ: اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ. [رواه أبو داود]

Artinya: “Telah menceritakan kepada Kami Qutaibah bin Sa’id dan Ahmad bin Jawwas al-Hanafi, mereka berkata; telah menceritakan kepada Kami Abu al-Ahwash dari Abu Ishaq dari Buraid bin Abu Maryam dari Abu al-Haura, ia berkata;

Telah berkata al-Hasan bin Ali radliallahu ‘anhuma; Rasulullah saw. telah mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang aku ucapkan ketika melakukan witir. Ibnu Jawwas membaca ketika melakukan qunut witir:

"Allaahummah dinii fiiman hadait, wa ‘aafinii fiiman ‘aafait, wa tawallani fii man tawallait, wa baarik lii fiimaa a’thait, wa qinii syarra maa qadhait, innaka taqdhii wa laa yuqdhaa ‘alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, wa laa ya’izzu man ‘aadait, tabaarakta rabbanaa wa ta’aalait".

Artinya: (Ya Allah, berilah aku petunjuk di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, dan berilah aku kesehatan diantara orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan, berilah aku perlindungan di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan, berkahilah aku dalam segala apa yang telah Engkau berikan kepadaku, dan hindarkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang menetapkan dan tidak menjadi obyek ketetapan, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah mendekat kepadaMu, serta tidak akan jata orang yang memusuhimu, wahai Tuhanku, Maha Suci dan Maha Tinggi lah Engkau).” [H.R. Abu Dawud].

 Baca Juga: Keistimewaan Puasa Ramadhan Hari Ketujuhbelas: Allah Mengampunimu dan Bapak Kalian

Derajat Hadis di atas jiga disebutkan dhaif, karena terdapat perawi bernama Abu Ishaq, nama lengkapnya Abu Ishaq ‘Amr bin ‘Abdillah as-Sabi’i. Dalam kitab Mizan al-Iqtidal, az-Zahabi menyatakan Abu Ishaq sebagai Tabi’in Kuffah, berusia panjang, pelupa namun tidak pikun.

Ibnu Hibban juga menyatakannya sebagai perawi yang mudallis. Hukum hadis yang diriwayatkan dari perawi mudallis, ditolak apabila perawi mudallis tersebut tidak menegaskan pendengaran langsung dari sang guru.

Dalam hadis di atas, riwayat Abu Ishaq menggunakan model periwayatan ‘an. Dalam kaidah ilmu hadis tentang tadlis, riwayat Abu Ishaq ditolak karena di dalamnya terdapat perawi mudallis yang menggunakan model periwayatan ‘an.

 

Qunut Nazilah

Adapun hadis tentang doa qunut yang bernilai shahih adalah sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: أَخْبَرَنِي بُرَيْدٌ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا الْحَوْرَاءِ، قَالَ: قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ: مَا تَذْكُرُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: يُعَلِّمُنَا هَذَا الدُّعَاءَ: اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيتَ. [رواه أبو داود]

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Dawud, ia berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami Buraid, ia berkata: Aku mendengar Abu al-Haura’, ia berkata: Aku bertanya kepada Hasan bin Ali: Apakah yang disebutkan dari Nabi Saw? Ia menjawab: Beliau mengajarkan kami do’a ini:

"Allaahummah dinii fiiman hadait, wa ‘aafinii fiiman ‘aafait, wa tawallii fiiman tawallait, wa qinii syarra maa qadhait, innaka taqdhii wa laa yuqdhaa ‘alaik, innahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbanaa wa ta’aalait "

Artinya: (Ya Allah, berilah aku petunjuk di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, dan berilah aku kesehatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan, berilah aku perlindungan di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan, berkahilah aku dalam segala apa yang telah Engkau berikan kepadaku, dan hindarkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang menetapkan dan tidak menjadi obyek ketetapan, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah mendekat kepadaMu, wahai Tuhanku, Maha Suci dan Maha Tinggi lah Engkau.).” [H.R. Abu Dawud]

 Baca Juga: Begini Cara Mendapatkan Lailatur Qadar Menurut Gus Baha

Meskipun hadis tersebut bernilai shahih namun doa ini adalah doa biasa, bukan doa Qunut Subuh, karena memang dalam hadis tersebut tidak menunjukkan perintah Nabi Saw, untuk membaca doa tersebut pada saat qunut.

Dari hadis riwayat al-Bukhari tersebut juga dapat dipahami, do’a qunut yang dilakukan Nabi Saw. adalah doa kebaikan untuk orang mukmin dan laknat untuk orang kafir. Inilah yang disebut dengan Qunut Nazilah***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x