Setelah tanggal itu, frekuensi kegempaan menurun dan tampak peningkatan aktivitas guguran dan awan panas juga ada gempa low frekuensi dan hembusan.
“Hal tersebut mencerminkan ada proses pelepasan gas dari magma di kedalaman dangkal. Sekaligus indikasi bahwa sistem konduit yang relatif terbuka di Gunung Merapi,” Hanik Humaida menambahkan.
Baca Juga: Top Markotop, Inilah Eksotiknya Sunrise dan Sunset di Puncak Arjuna
Dia pastikan juga, hingga awal Januari tahun 2022 ini belum ada tanda-tanda berakirnya peningkatan aktifitas kegempaan pada gunung api teraktif, berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DIY ini.
Menurutnya, deformasi yang diukur dengan alat pemantau aktivitas gunung api berupa electronic distance measurement (EDM), juga masih menunjukkan suplai magma meski volemunya tidak tinggi.
Sebagaimana diberitakan, hingga Minggu 02 Januari 2021 BPPTG masih menetapkan Gunung Merapi berada di level III atau siaga. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, sewaktu-waktu status aktivitas Gunung Merapi dapat berubah. ***
Baca Juga: Primbon Jawa, Inilah Aura Pemikat dan Penjerat Hati Minggu Pon