Pasar Pinggul Dibuka lagi, Lebih Rekomended Teruntuk Hobiis 'Keplek Ilat'

23 November 2021, 17:09 WIB
Dua tahun tutup karena terdampak pandemi Covid-19, Pasar Pinggul kini dibuka lagi untuk lebih memanjakan lidah pecinta kuliner tempo dulu /Kustawa Esye/

KARANGANYARNEWS – Pasar Pinggul yang hanya buka setiap hari pasaran Minggu Legi, rekomended terutuk kalian hobiis ‘keplek ilat’, pemburu kuliner tradisional khas tempo dulu. 

Pasar Pinggul di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Minggu Legi 21 Nopember 2021 dibuka lagi, setelah dua tahun  tutup karena aturan protokol kesehatan dalam pandemi Covid-19.

Sebagaimana sebutannya. Pasar kaget atau insidentil ini digelar di tanggul kali atau tepian Sungai Ujung, secara kebetulan tanggul sungai ini juga menjadi jalan, jalur warga setempat  antar kampung.

Baca Juga: Sangat Menyedihkan, 11 Bahasa Daerah di Indonesia Punah

Area Pasar Pinggul sangat teduh. Sepanjang tanggul sungai tempat puluhan warga menjajakan dagangannya, terlindung kerindangan rumpun bambu dan  pohon jati yang telah tumbuh subur sebelum pasar wisata ini dirintis.

Menarik karena menginspirasi pengunjung bernostalgia, mengenang nuansa tradisional ala pedesaan tempo dulu. Sekitar 80-an lapak pedagang Pasar Pinggul terbuat dari bilahan bambu, atapnya bleketepe atau anyaman daun kelapa.

Seluruh pedagangnya berpakaian tradisional. Pria mengenakan surjan, berikat kepala, ada juga yang mengenakan blangkon. Para perempuan yang menjajakan aneka dagangan, menggenakan kain berkebaya, ada juga yang berhias caping gunung dikepala.

Baca Juga: Pengrajin Payung Lukis Juwiring Berharap Dukungan Konkrit Pemerintah

Nuansa tradisional khas tempo dulu juga dihadirkan di Pasar Pinggul. Puluhan pedagang menyajikan beragam kuliner khas, jajanan beserta minuman tradisional yang sekarang sulit didapat di tempat lain.

“Ada plencing, bothok, thiwul, bekatul, cenil, gathot, gemblong, srabi dan berbagai jajanan maupun minuman tradisional lainnya,” terang Seruni, ibu rumah tangga  35 tahun, pengunjung dari Desa Tegalrejo, Kecamatan Bayat, Klaten.

Karena di desa ini jauh sebelumnya sudah dikenal sebagai sentra kerajinan  gerabah, terang Purwanto, Kepala Desa Melikan, sudah barang pasti sebagian pedagang Pasar Pinggul juga menjual aneka kerajinan khas berbahan baku tanah liat tadi.

Baca Juga: Primbon Jawa: Inilah Jawaban, Kenapa Selasa Pon Rentan Terperangkap Bujuk Rayu

Sekedar mengingatkan, terutama teruntuk pengunjung yang baru pertama kali berwisata kuliner di Pasar Pinggul. Seluruh makanan, jajanan, minuman, dan atau kerajinan  tidak boleh dibeli langsung dengan mata uang rupiah.

Pasar Pinggul yang hanya buka setiap Minggu Legi, selapan atau 35 hari sekali transaksinya secara barter, menggunakan koin atau kepingan gerabah yang terbuat dari tanah liat, ciptaan pengrajin gerabah warga Desa Melikan.  

Cara mendapatkan koin khas dan khusus ini, “Pengunjung menukarkan uang rupiahnya dengan koin, kepada pengelola pasar wisata ini, ” kata Retno salah seorang pengelola kepada karanganyarnews.com, Minggu Legi pagi di Pasar Pinggul. *** 

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler