Kisah Misteri di Radio Kampus, Pulang Siaran Ditunggu Pocong

- 30 Maret 2022, 17:14 WIB
Ilustrasi tangga tak terawat
Ilustrasi tangga tak terawat /Pixabay/

KARANGANYARNEWS - Suasana di ruang siar setelah magrib semakin sepi, ngungun, tak ada satu pun tanda-tanda aktivitas. Tetap saja suram meskipun lampu-lampu penerangan kampus di nyalakan. 

Maklum, perkuliahan di kampus waktu itu hanya sampai pukul tiga sore. Apalagi studio radio kampus berada di ujung yang bersebelahan dengan laboratorium fakultas pertanian yang dikelilingi semak belukar, mangkrak tak terawat.

Kisah misteri ini dialami salah seorang mahasiswi di salah satu kampus swasta di kabupaten Sukoharjo. Sebut saja namanya Fifie yang cukup aktif di radio kampus sebagai penyiar.

Fifie yang saat ini tinggal di Tangerang, menceritakan kisah mistis yang dialaminya saat ia duduk kuliah di salah satu kampus swasta di Sukoharjo.

Sampai saat ini, ia tak bisa melupakan pengalaman yang bikin buku kuduknya merinding. Meskipun sudah hampir 22 tahun peristiwa itu terjadi, meskipun ia berusaha tak lagi mengingat kejadian itu.

Menjadi penyiar radio kampus waktu kuliah menjadi kebanggaan tersendiri buat Fifie. Namanya mulai dikenal dan diidolakan banyak orang, meskipun jangkauan siarannya terbatas di lingkungan sekitar kampus.

Saking antusiasnya, Fifie tak pernah absen siaran dari jadwal yang telah dibuat dan disepakati bersama komunitas radio di kampusnya. Tak hanya pagi, jadwal malam hari pun dia ikuti hingga pada suatu sore, peristiwa mencekam itu ia alami.

Ya, Fifie waktu itu mendapatkan jadwal siaran di radio kampusnya antara jam 5 sore hingga 7 malam. Selain siaran secara onair, Fifie juga mendapatkan jadwal memutar rekaman adzan Maghrib. 

Waktu itu, kampus swasta tempatnya kuliah memang tak seramai kampus-kampus di Kota Solo. Untuk kegiatan di luar perkuliahan rata-rata selesai sebelum Magrib tiba. Itu pun hanya panjat tebing dan bola voli.

Pukul 17.45 Fifie memutar file rekaman adzan magrib. Setelah itu Fifie melanjutkan tugasnya sebagai penyiar, mulai dari menyapa pendengar, membacakan request lagu dan kirim salam melalui SMS. 

Sepinya kampus awalnya tak membuatnya takut karena ia ditemani salah seorang teman lelakinya, sebut saja Doni yang juga mendapatkan jadwal menjadi operator.

Langkah sepatu petugas keamanan yang menyalakan satu persatu lampu penerangan mendekat, setelah menengok sebentar dan melambaikan tangan tanda sapa ia kemudian balik langkah. 

Menit-menit berlalu, tak terasa jarum jam di ruang operator hampir menunjuk ke angka tujuh. Melalui jendela kaca, Doni menunjuk pergelangan tangan, tanda jam siaran segera berakhir.

Fifie mengangguk kemudian melepas hetset dan menurunkan volume microphone hingga ke bawah. Entah kenapa Fifie merasakan buku kuduknya berdiri sembari sesekali melihat di beberapa penjuru studio.

"Ayo Don, kita balik," ujar Fifie.

Doni bergegas mematikan lampu ruang operator kemudian keluar dan mengunci pintunya. Begitu juga dengan Fifie. Keduanya melakukan itu secara terburu-buru. Kesunyian malam itu memang jadi tak seperti biasanya. Ngungun....benar-benar ngungun. 

Angin perlahan-lahan berembus, gesekan rerimbun pohon bambu semakin membuat malam itu jadi terasa mencekam. 

Sialnya, studio radio kampus itu berada di lantai dua. Mau tidak mau mereka berdua harus melewati ruang-ruang kelas yang sudah kosong, dan tangga bangunan yang lampunya tak berfungsi dengan baik. Kadang menyala, kadang mati.

Dua menit turun dari lantai atas perasaan tidak enak semakin membuat jantung keduanya berdebar tanpa alasan. Bersama Fifie yang terus menggandeng erat tangannya yang berkeringat dingin, Doni menuju sepeda motornya yang diparkir di depan gedung lantai 1. 

Saat kakinya hendak menumpang sepeda motor itulah Fifie melihat sosok putih berbentuk samar-samar duduk di atas meja di sebelah tangga. 

Semula Fifie hanya berfikir itu hanya halusinasi belaka. Tapi begitu melihat Doni panik dan berkali-kali gagal memasukkan kunci sepeda motornya, barulah dia sadar bahwa ia tidak berhalusinasi, melainkan melihat dengan nyata sosok asap putih berbentuk pocong duduk di bawah meja.

Semula Fifie enggan menatapnya, ia hanya berani melirik ke sebelah kiri. Justru saat dilirik itulah, sosok itu semakin jelas bentuknya dan semakin membesar-membesar dan membesar.

"Ayo Don cepat cepat cepat cepat!!!!!" seru Fifie tak dapat menahan kedua kakinya yang terus bergetar. 

Doni masih panik, tangan kanannya gemetaran sehingga kerepotan memasukkan kunci ke dalam lubang kontak sepeda motor. 

Beruntung tak lama kemudian kunci itu bisa masuk dan Doni menghidupkan mesin kemudian tancap gas sekencang-kencangnya. Keduanya berteriak sekeras-kerasnya hingga keluar dari kampus.

***

Pengalaman itu membuat Fifie dan Doni memutuskan untuk tidak lagi mengisi jadwal siaran di radio kampus jika sudah malam.

Pagi hari setelah kejadian itu, Doni mengalami kecelakaan, sepeda motor yang ditumpanginya menabrak trotoar. Belakangan diketahui, hantu pocong tersebut ternyata sudah lebih dari lima tahun tidak menampakkan diri.

Salah satu satpam senior di kampus tersebut bercerita, bahwa siapapun yang ditemu hantu pocong tersebut, konon bakal mengalami kecelakaan. 

Kisah ini setidaknya mengingatkan pembaca untuk selalu berdoa terlebih dahulu sebelum mengawali aktivitasnya, terlebih bagi yang akan melakukan perjalanan. ***

Editor: Abednago Afriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah