Mengapa Konflik di Filipina Terus Berlangsung hingga Sekarang, Ini Penjelasannya

- 3 Februari 2022, 08:08 WIB
Panitia dan pembicara berfoto bersama usai pembukaan Unisri School of Diplomacy (USD), Rabu (2/22022) di Swiss Bel-inn Saripetojo Hotel Solo.
Panitia dan pembicara berfoto bersama usai pembukaan Unisri School of Diplomacy (USD), Rabu (2/22022) di Swiss Bel-inn Saripetojo Hotel Solo. /Humas Unisri Surakarta/


KARANGANYARNEWS-Kendati Indonesia belum menjadi negara kuat baik secara ekonomi atau militer, namun kekuatan diplomasi Indonesia telah meningkat.

Meski banyak sistem yang membuat blok kekuatan, tapi Indonesia tetap berusaha mempertahankan visinya. Dengan kasus di Rohingnya pun, Indonesia ikut andil dalam membantu dan menolong masyarakat di sana.

Hal itu dikatakan Dekan FISIP Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta, Buddy Riyanto ketika membuka Unisri School of Diplomacy (USD), Rabu (2/22022) di Swiss Bel-inn Saripetojo Hotel Solo.

"Saya mengapresiasi dan menilai, tema yang diangkat sangat apik, penting dan selaras dengan kehidupan yang penuh konflik. Seperti isu kemanusian yang menjadi keprihatian bagi kita," kata Buddy.

Baca Juga: Astana Giri Bangun Pernah Diisukan Berlapis Emas, Inlah 9 Fakta Makam Presiden Soeharto

Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional atau HI Unisri Ganjar Widhiyoga mengatakan, seminar mengambil tema pengungsi Rohingya melalui dua sisi. Yaitu, dari lembaga sosial yang mempunyai concern pada refugees dan dari sisi mantan diplomat Indonesia yang mempunyai concern pada konflik wilayah.

Pembicara pertama, Rei Firdha Amalia dari United Nations High Commisioner of Refugees (UNHCR) Indonesia memaparkan konsep awal tentang pengungsi dan pencari suaka. Paparan disertai beberapa data di Indonesia serta menjelaskan sedikit mengenai pengungsi Rohingya di Aceh.

Rei juga menjelaskan konsep Hak Asasi Manusia yang dimiliki setiap orang, terutama pada refugee, baik hak legal secara internasional dan nasional serta tugas kewajiban, dan tantangan dari UNHCR untuk para refugees baik internasional dan nasional.

Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi

Sementara Andhika Bambang Supeno, mantan Minister Counselor Indonesia dan Founder dan CEO dari NGO The Centre for Territorial Disputes and Border Conflicts Studies (CTDBCS) periode 2016-2021 menjelaskan tentang kasus pengungsi yang menjadi tranding global selama 10 tahun belakangan.

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah