KARANGANYARNEWS - Paska kecamuk perang di Randulawang, Raden Mas Said memilih kembali ke lereng barat Gunung Lawu, kawah Candradimuka tempatnya menempa kekuatan fisik dan kedalaman spirit reliqius.
Secara matematis, peperangan pengikut Raden Mas Said yang telah bergabung pasukan Sunan Kuning, melawan prajurit Keraton Kartosuro yang diperkuat tentara Belanda di Randulawang, memang jauh tidak berimbang.
Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa, panglima perang di Randulanang ini, tak lebih menurunkan 200 personil gabungan (pengikut Raden Mas Said dan Sunan Kuning) Itu pun, keseluruhannya berbekal senjata tradisional seadanya.
Baca Juga: Jejak Raden Mas Said (1): Alap-alap Samber Nyawa, Putra Bangsawan yang Terbuang
Sedangkan prajurit Keraton Kartosura dan tentara Belanda yang dikomendani Tuan Hohendorff, mengerahkan tak kurang 2000 personil separuh diantanya bersenjata api.
Namun demikian, lebih banyaknya personil dan lebih unggulnya persenjataan memang tidak memastikan meraih kemenangan. Kacamuk Perang di Randulawang ini, contoh konkritnya.
Baik prajurit Keraton Kartosuro maupum tentara VOC Belanda, dibuat kocar-kacir bahkan lebih banyak prajurit Keraton maupun tentara Belanda tewas dalam kecamuk perang ini.
Baca Juga: Jejak Raden Mas Said (2): Hengkang dari Istana Melunasi Spirit PatriotiknyaBaca Juga: Pasar Ngat Pahingan, Ikon Wisata Lereng Merapi Unik Nan Eksotik
Untuk menghindari korban pasukannya lebih banyak lagi, komandan perang Tuan Hohendorff membujuk Sunan Kuning untuk menyerah kepada Belanda, dengan janji akan dijadikan Raja di Keraton Kartosuro oleh Belanda.