Sunan Kuning tidak tergiur bujuk rayu VOC, baik Sunan Kuning maupun Raden Mas Said tetap terus akan melakukan perlawanan terhadap Raja Keraton Kartosuro, Paku Buwono II maupun VOC Belanda.
Bermaksud menghindari serangan bala bantuan tentara Belanda lebih besar, Raden Mas Said dan Sunan Kuning untuk sementara sepakat memisahkan pasukannya masing-masih.
Baca Juga: Ini Profil 4 Tokoh Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2021
Sunan Kuning bersama pasukannya menghindar ke Keduwang, Ponorogo. Dan Raden Mas Said bersama pengkutnya menyingkir ke arah lereng barat Gunung Lawu, balik ke markas sekaligus menemui eyangnya di Nglaroh.
Jejak sejarah selanjutnya, Raden Mas Said lebih fokus berjuang melawan kolonial Belanda, hingga berpindah-pindah markasnya perjuangannya di lereng barat Gunung Lawu, sekarang menjadi Kabupaten Karanganyar.
Dalam buku ‘Sejarah dan Nilai-nilai Luhur Raden Mas Said’, terbitan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar disebutkan, basis atau markas perjuangan Raden Mas Said di lereng barat Gunung Lawu, diantaranya di Desa Mojoroto (Kecamatan Mojogedang).
Baca Juga: Pasar Ngat Pahingan, Ikon Wisata Lereng Merapi Unik Nan Eksotik
Selain itu juga di Dusun Segawe dan Dusun Druju (keduanya Desa Karangsari, Kecamatan Jatiyoso), di Desa Tlobo (Kecamatan Jatiyoso), di Desa Hanggabayan (Kecamatan Jumapolo), Desa Somakaton serta Desa Mangadeg (keduanya Kecamatan Matesih).
Masih ada lagi, diantaranya di Desa Gemantar (Kecamatan Jumantono), Desa Kerjo (Kecamatan Kerjo), dan Desa Bangsri maupun Desa Ngemplak (keduanya Kecamatan Karangpandan)
“Saat bermarkas di Dusun Segawe, Desa Majarata (Kecamatan Mojogedang) Raden Mas Said sudah dinobatkan menjadi Raja Sokawati oleh Adipati Sujanaputra,” terang Ki Panji Koeswening, budayawan dan sejarawan pengurus Masyarakat Sejarawan Indinesia (MSI) Kabupaten Karanganyar.