KARANGANYARNEWS - Sejarah keberadaan ketupat Lebaran Syawal atau bakda Syawal, merupakan akulturasi budaya humanis antara agama Hindu Budha dan Islam di Jawa.
sebagaimana namanya, ketupat Lebaran Syawal hingga saat ini identik dengan kuliner tradisional khas Nusantara yang tersaji setiap bakda atau Lebaran Syawal, dirayakan masyarakat Muslim Nusantara sepekan atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Berdasar hitungan H+7 setelah Lebaran 2024 Masehi atau Sholat Idul Fitri Hari Raya Idul Fitri 1445 tahun Hijriyah ini, Lebaran Syawal jatuh pada hari Rabu tanggal 17 April 2024.
Baca Juga: Falsafah Filosofi Reliqius Ketupat Lebaran, dalam Budaya Jawa
Ketupat, beras yang dimasak dalam selongsong daun kelapa muda atau janur ini, telah menjadi bagian terpenting dalam pemujaan Dewi Sri atau Dewi Kesuburan sejak zaman Hindu Budha di negeri agraris Nusantara.
"Sebagaimana tersurat dalam Buku 'Makna Ketipat dalam Upacara Telung Bulan di Denpasar', Karya Ni Made Yuliani dan I Ketut Wardana Yasa (2020)," kata Ki Buyut Lawu, budayawan peraih penghargaan 'Bhakti Budaya Nusantara' tahun 2013.
Akulturasi Budaya Humanis
Disebutkan, ketupat di era Hindu Budha, juga tercantum dalam Kakawin Kresnayana, Kakawin Subadra Wiwaha, dan Kidung Sri Tanjung. Dengan sebutan kupat, akupat, dan khupat-kupatan.
Baca Juga: Grebeg Syawal Keraton Surakarta, Sejarah dan Filosofi Dibalik Kemeriahannya