Ketupat Lebaran Syawal: Akulturasi Budaya Humanis Hindu Budha dan Islam

- 14 April 2024, 22:14 WIB
ketupat Lebaran Syawal, merupakan akulturasi budaya humanis antara agama Hindu Budha dan Islam di Jawa
ketupat Lebaran Syawal, merupakan akulturasi budaya humanis antara agama Hindu Budha dan Islam di Jawa /Freepik /

Kedua, menjadi lambang (simbol) laku ibadat untuk menggambarkan empat  tuntunan syariat agama Islam. Menjalankan ibadah puasa fardlu di Bulan Suci Ramadhan, membayar zakat fitrah, melaksanakan shalat Idul Fitri, dan merayakannya  dengan saling maaf memaafkan.

 

4 Prilaku Kehidupan

Makna filosofi ketupat yang bersudut empat dalam Lebaran Syawalan, menurut Ki Buyut Lawu sebagai pangejawantahan empat prilaku peribadatan umat manusia.

 Baca Juga: Libur Lebaran 2024 di Tawangmangu? Jangan Lewaatkan 5 Cafe Kekinian, Viuw Ikonik Eksotik

Baik hubungan dengan sesama umat manusia atau habluminannas, demikian juga habluminallah atau hubungan manusia dengan tuhan Semesta Alam. 

Menyertakan kupat (anyaman terbuat dari janur) yang di dalamnya diisi beras untuk dimasak, dipahami sebagai lambang laku papat atau empat tindakan. Yakni

"Masing-masing lebaran, luberan, leburan dan laburan. Lebaran dimaknai seusai Puasa Ramadan. Luberan, berati melimpah untuk saling membagi rezeki kepada sesama dengan amal jariyah zakat fitrah.

 Baca Juga: Contoh Undangan Halal Bihalal Idul Fitri 2024, Langsung Copas!

Berikutnya, leburan, dimaknai melebur atau menghilangkan dosa yang diwujudkan lewat tindakan saling meminta dan memberi maaf. dan yang keempat laburan.

"Secara etimologi berasal dari Bahasa Jawa labur (pemutih dinding). Artinya, sebagai insan manusia harus senantiasa menjaga kejernihan secara lahiriyah maupun batiniyahnya," kata aktifis Majelis Macapatan di Lereng Gunung Lawu tadi menambahkan.***

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah