Tradisi Malam 1 Suro, Sejarah dan Ritual yang Menyertainya

16 Juli 2023, 22:06 WIB
Tradisi malam 1 Suro, sejarah dan ritual yang menyertainya. Malam 1 Suro di kalangan masyarakat Jawa dianggap sebagai waktu sakral. (Foto: Dok. Istimewa) /

KARANGANYARNEWS - Tradisi Malam 1 Suro, Sejarah dan Ritual yang Menyertainya. Malam 1 Suro di kalangan masyarakat Jawa dianggap sebagai waktu sakral. Malam tersebut biasanya digunakan sebagai sarana kontemplasi membersihkan diri dan batin.

Suro sendiri berasal dari kata Asyura dalam Bahasa Arab dan dimaknai sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Jawa. Suro juga merupakan Bulan Muharram dalam kalender Hijriah.

Sultan Agung, raja Kerajaan Mataram Islam yang berjaya pada abad ke-17 merupakan sosok pencetus Bulan Suro. Ia memadukan antara penanggalan Hijriah dengan tanggalan tahun Sakha.

Tujuan dari penyatuan ini supaya masyarakat Jawa yang saat itu terpecah bisa merayakan upacara keagamaan secara bersama antara kaum abangan (Kejawen) dengan kaum putihan (Islam).

Baca Juga: Obesitas, Ini Dia Penyebab dan Cara Pencegahannya

Banyak tradisi laku prihatin dilakukan dalam menyambut malam 1 Suro atau malam 1 Muharram.

Masyarakat Jawa antara lain melakukan tapa bisu, yakni mengunci mulut atau tidak mengeluarkan kata-kata selama malam 1 Suro.

Tujuannya untuk mawas diri dan melihat ke dalam diri sendiri tentang apa yang telah dilakukan setahun terakhir dan apa yang akan dijalani ke depan.

Tradisi lainnya adalah mandi kungkum di sungai besar atau tempat bertemunya beberapa aliran mata air.

Tujuan tradisi ini adalah sebagai sarana membersihkan diri dari segala kemelekatan dan kekotoran dalam diri selama menjalani kehidupan setahun terakhir.

Baca Juga: Profil Megah Stadion Manahan Solo, dari Pacuan Kuda hingga Destinasi Wisata

Ada pula tirakatan dengan tidak tidur semalaman suntuk sambil tuguran, yakni merenung dan berdoa terus menerus kepada Tuhan. Biasanya dilakukan di suatu tempat tertentu di mana hati dan pikiran menjadi selaras.

Selain itu biasanya juga ada yang menanggap wayang serta ada sebagian masyarakat melakukan ruwatan.

Tujuannya untuk mendoakan orang yang hendak diruwat supaya terhindar dari segala kemalangan dan kesialan dengan memasrahkan kepada Sang Pencipta.

Tradisi malam 1 Suro masih berlangsung di beberapa tempat, seperti di Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, Keraton Kasultanan Yogyakarta, dan beberapa tempat yang hingga saat ini masih menghargai budaya leluhur. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler