Tanggal 1 Bulan Sura, tahun baru Jawa yang bersamaan tanggal 1 Muharrom tahun baru Islam menurut penanggalan Hijriyah, dalam adat tradisi masyarakat Jawa dianggap juga sebagai bulan keramat dan sakral.
Warga masyarakat yang memiliki talenta sensitivitas spiritual reliqius, sering disebut juga alam tidak kasat mata atau indra ke enam, menganggap Bulan Sura sebagai bulan istimewa dibandingkan sebelas bulan lain, menurut penanggalan tahun Jawa.
Sura yang dalam bahasa Jawa Kawi berarti ‘dewa’, dalam kamus Bahasa Jawa gagrag anyar berarti ‘wani’ (berani), diprecaya juga sebagai momentum paling tepat untuk ngeningke cipata, rasa dan karsa.
Baca Juga: 4 Pusaka Majapahit Tersimpan di Museum Amerika, Inilah Kisah Heroiknya
Selebihnya, juga disebut saatnya membeningkan alam pikir maupun batiniah, lebih mengkhusukkan wirit serta dzikir juga memohon berkah karomah anugerah Gusti Kang Maha Welas Asih.
Dalam tradisi Jawa, Bulan Sura juga dianggap sebagai momentum paling tepat untuk membersihkan sesuatu yang bersifat lahiriyah atau badan wadak maupun batiniah.
Adat tradisi membersihkan segala sesuatu yang bersifat lahiriyah, disimbulkan dengan ritual njamasi (membersihkan) beragam barang aji (keris, tombak, cundrik dan lainnya) sering juga disebut pusaka.
Baca Juga: Inilah Jejak Keemasan Majapahit, 4 Tombak Pusaka Tersimpan di Amerika
Termasuk diantaranya, membersihkan tempat peribadatan kepada Sang Kholiq, membersihkan makam ahli waris yang telah mendahului meninggal dunia, dan lainnya.
Sedangkan untuk mensucikan batiniah kita, baik katarak hati nurani maupun noktah hitam jiwa, para leluhur kita mencontohkan dengan menjalani berbagai macam ritual spiritual reliqius.