4 Pusaka Majapahit Tersimpan di Museum Amerika, Inilah Kisah Heroiknya

29 September 2021, 06:26 WIB
Empat pusaka keemasan Kerajaan Singhasari dan Majapahit, warisan teruntuk bangsa dan Negara Indonesia, kini tersimpan di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat (AS) /dok fbm/ kustawa esye/

KARANGANYARNEWS – Berita empat pusaka keemasan Kerajaan Majapahit yang kini tersimpan di museum Amireka Serikat, sebagaimana dilansir karanganyar.com sebelumnya, memunculkan ratusan pertanyaan netizen.

Menjawab kian santernya pertanyaan neizen,  berikut penjelasan detail masing-masing pusaka warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang kini tersimpan di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat (AS).

  1. Pataka Sang Dwija Naga Nareswara

Pusaka Kerajaan Majapahit ini berbentuk Pataka Nagari sebagai perwujudan dari naga kembar tirta amertha. Dibuat pada era Kerajaan Singasari pada abad 12-13 Masehi dan diwariskan kepada Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Inilah Jejak Keemasan Majapahit, 4 Tombak Pusaka Tersimpan di Amerika

Berbentuk tombak terbuat dari tembaga. Menurut referensi, Pataka ini berhasil diselamatkan oleh Sangrama Wijaya ketika Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan, saat diserang Kerajaan Gelang-Gelang.

Pada Pataka inilah pertama kali dikibarkan bendera Majapahit yang bernama Gula Kelapa (Merah-Putih), sekarang kita warisi menjadi Bendera Sang Saka Merah Putih.

  1. Pataka Sang Hyang Baruna

Tombak Pataka ini dibuat pada jaman Kerajaan Singasari, abad 12-13 Masehi. Pataka ini, juga pernah diselamatkan oleh Sangrama Wijaya di masa kehancuran Singhasari atas serangan Kerajaan Gelang-gelang.

Baca Juga: Jejak Sejarah Angkringan (5), Arena Sosialita Tak Bedakan Strata Sosial

Pataka kebesaran atau keagungan Kerajaan, dipasang di atas kapal yang memimpin atau mewakili rombongan ekspedisi Kerajaan. Bendera atau panji-panji yang dipasang bernama;  ‘Getih Getah Samudra’ (lima garis merah dan empat garis putih), bendera armada militer Singhasari dan  Majapahit.

Sampai saat ini bendera tersebut tetap dipakai oleh TNI-AL dalam kapal-kapal perangnya di perairan internasional, dengan nama panji-panji : ‘Ular-ular Tempur’.  

Pataka ini pertama kali dibawa pasukan ekspedisi Pamalayu, diserahkan kembali kepada Kerajaan Majapahit sebagai penerus Kerajaan Singasari. Detail tombaknya, memiliki dua mata tombak kembar di atas kepala dan ekor naga.

  1. Pataka Sang Padmanaba Wiranagari

Tombak Pataka Nagari Kerajaan Majapahit ketiga, Pataka Sang Padmanaba Wiranagari. Pada Tombak Pataka inilah pertama kali di pasang Lambang Kerajaan Wilwatikta (Majapahit).

Baca Juga: Jejak Sejarah Angkringan (4), Dari ‘Mlangkring’ Populerlah Angkringan

Terbuat dari bahan tembaga, bermakna Sang Padmanaba Wiranagari atau teratai kemuliaan pembelaan negeri. Pataka ini sebelumnya sempat dibawa  Jayakatwang (Kediri), berhasil direbut kembali oleh para Senopati Singhasari pada ekspedisi Pamalayu.

Dalam Ekspedisi Pamalayu, para Senopati berhasil merebut kembali lima panji pataka peninggalan Singhasari yang ada di Daha, lima pataka Singasari tersebut merupakan peneguhan sikap kerabat di wilayah Daha,  bahwa Majapahit adalah bentuk Singasari yang sah dan penerus Raja Sawangsa.

  1. Sang Hyang Naga Amawabhumi

Pataka ini berbentuk tombak naga dengan bahan tembaga, dikenal dengan sebutan Sanghyang Naga Amawabhumi berarti naga penjaga keadilan. Mereka yang memiliki Pataka ini, harus mempunyai sikap seperti dalam Mukadimah Kutara Manawa.

Baca Juga: Primbon Jawa, Selasa Pahing Waspadai Bujuk Rayu Lawan Jenismu

Dalam Mukadimah Kutara Manawa atau undang-undang jaman Majapahit ditegaskan, seorang Amawabhumi harus teguh hatinya dalam menetapkan besar kecilnya denda, jangan sampai salah.

Jangan sampai orang yang bertingkah salah, luput dari tindakan. Itulah kewajiban dari Sang Amawabhumi, jika mengharapkan kerahayuan negaranya. Pataka ini juga diboyong dan diselamatkan oleh Sangrama Wijaya saat Singasari diserang Kerajaan Gelang-gelang.

Sebagaimana diberitkan karanganyarnews.com empat pusaka keemasan Kerajaan Singhasari dan Majapahit kini tersimpan di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat (AS). ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler