Jejak Majapahit di Gunung Semeru (1); Misteri Dibalik Prasasti Ranu Kumbolo

- 11 Desember 2021, 03:59 WIB
Prasasti di tepi danau Ranu Kumbolo Gunung Semeru, hingga kini masih masih menyimpan misteri yang belum terjawab para arkeolog
Prasasti di tepi danau Ranu Kumbolo Gunung Semeru, hingga kini masih masih menyimpan misteri yang belum terjawab para arkeolog /dok terakota.id/

Bukan sembarangan perjalanan, sehingga diartikan perjalanan spiritual menuju ‘tirta’ atau air. Yang dimaksud, adalah air suci danau Ranu Kumbolo yang berada di gunung tertinggi se Pulau Jawa.

Sebelum kata ‘tirthayatra’, ada nama Kameswara, dan sebelum nama ini ini juga tertulis ‘deva ‘pu Kameswara’. Sejumlah arkeolog, menurut Dwi Cahyono, merujuk kepada Kameswara yang juga Raja Kediri, tahun 1182-1188 Masehi.

Baca Juga: Primbon Jawa, Inilah 10 Aura Karismatik Karakteristik Jumat Kliwon

Namun demikian, saat melakukan ‘tirthayatra’ sudah tidak menduduki tahta kerajaan Kediri. Tapi sebagai rohaniawan, karena dalam prasasti tersebut ada kata ‘deva pu’ di depan nama Kameswara.

Pendapat sejumlah arkeolog ini, dinilai Dwi Cahyono terlalu dini atau belum sepenuhnya benar. Beberapa alasan yang dia kemukakan diantaranya tulisan di dlam prasasti partikelnya (honorifix prefix) tidak lazim digunakan untuk seorang raja, karena menggunakan kata ‘deva pu’.

“Kata ‘deva pu’ jelas merujuk kepada rohaniawan, bukan raja. “Kalau raja biasanya menggunakan kata ‘sri’ atau gelar lainnya yang  lazim digunakan untuk raja,” kata Dwi Cahyono sebagaimana dilansir terakota.id.

Baca Juga: Hari Kelima Pasca Erupsi Semeru, Tim Gabungan Temukan 43 Korban Meninggal Dunia

Alasan lainnya, secara geografis Gunung Semeru dan wilayah Kediri jaraknya cukup jauh dan waktu itu ditempuh menggunakan transportasi yang sederhana. Selain itu, untuk melakukan ‘yatra’ atau perjalanan spiritual di sekitar Kediri juga ada Gunung Wilis atau Gunung Kelud.

Pertimbangan lainnya lagi, aksara yang tertulis di prasasti Ranu Kumbolo ada kemiripan dengan prasasti-prasasti yang ditemukan di Gunung Semeru bagian selatan.

“Mulai Ampelgading, Malang hingga Senduro, dan Lumajang. Aksara di Gunung Semeru bagian selatan dibuat pada masa kejayaan Majapahit hingga masa akhir Kerajaan Majapahit antara abad 14-15 Masehi,” terang dia.

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah