Jejak Majapahit di Gunung Semeru (2); Melacak Misteri Candi Dibalik Ranu Kumbolo

- 12 Desember 2021, 08:59 WIB
Prasasti di tepi danau Ranu Kumbolo Gunung Semeru, mengidentikkan adanya bangunan altar suci atau candi yang hingga kini masih menjadi misteri
Prasasti di tepi danau Ranu Kumbolo Gunung Semeru, mengidentikkan adanya bangunan altar suci atau candi yang hingga kini masih menjadi misteri /terakota.co.id/

KARANGANYARNEWS - Arkeolog Dwi Cahyono meyakini ada bamgunan suci, identik altar atau candi dibalik Prasasti Ranu Kumbolo Gunung Semeru. Benarkah, hingga kini masih menjadi teka-teki penuh misteri.

Keberadaan prasasti di tepi danau Ranu Kumbolo, jalur pendakian puncak Gunung Semeru, menandakan pada abad 14-15 Masehi sudah ada pendakian suci atau perjalanan spiritual ke gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.

“Perjalanan mencari air suci maupun laku spiritual ke puncak gunung berapi,  memang lazim dilakukan para rohaniawan pada masa  Kerajaan Kediri maupun Kerajaan Majapahit,” kata Dwi Cahyono sebagaimana dilansir terakota.id.

Baca Juga: Jejak Majapahit di Gunung Semeru (1); Misteri Dibalik Prasasti Ranu Kumbolo

Dicontohkan, Raja Hayam Wuruk sering juga mencari air suci di wilayah kekuasaannya. Diantaranya ke Sumber Wendit, Sumber Awan, dan Telaga Biru di Malang, sebagaimana ditulis Mpu Prapanca dalam kitab Negara Kertagama.

Dwi Cahyono, Arkeolog dari Universitas Negeri Malang tadi menyebutkan, air suci yang disakralkan di danau Ranu Kumbolo berbeda dengan air di tempat-tempat lainnya, baik telaga atau sumber yang berada di titik mata airnya.

Kata ‘ranu’ identik penyebutan ‘cekungan yang terisi air’. Istilah ini, juga hanya digunakan di Jawa Timur bagian timur.  “Kalau di Ranu Kumbolo, seluruh airnya  di danau itu disakralkan dan dianggap suci,” kata dia.

Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru 2021, Letusan Terdahsat Sepanjang 58 Tahun

Dijelaskan juga, Ranu Kumbolo bukanlah akhir dari ‘yatra’ atau perjalanan spiritual, akir ‘yatra’ adalah Mahameru puncak Gunung Semeru yang menjadi tujuan utama perjalanan spiritual.

Gunung Semeru yang disebut juga gunung tertinggi di Pulau Jawa, dianggap sebagai gunung suci karena diidentikkan dengan puncak Meru di Gunung Himalaya, disakralkan juga sebagai ‘nirwana’ atau tempat para dewa.

Sehingga, ranu kumbolo hanya dijadikan tempat singgah atau istilahnya ‘satra’  Bali dibaca ‘Satre’. Kata Satre Menurut Dwi Cahyono,  tidak hanya berarti singgah saja, tapi juga ada ritual atau ibadah.

Baca Juga: Primbon Jawa: Minggu Pahing, Inilah Jodoh Pendongkrak Aliran Rejekimu

“Karena itu, diyakin di Ranu Kumbolo dulu ada semacam bangunan seperti altar atau bangunan suci yang digunakan untuk beribadah. Mungkin bentuknya dari bahan yang tidak bisa bertahan lama,” terangnya.

Perjalanan ke Mahameru semasa Kerajaan Majapahit, seperti digambarkan dalam kisah Mahabharata yang dilakukan oleh para Pandawa dan orang-orang yang selamat setelah perang Baratayuda.

Dalam perjalanan yang berat ini, dikisahkan banyak yang meninggal dan hanya Yudhistira atau Puntadewa dan anjingnya yang berhasil menggapai puncak nirwana. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x