Sudah Lebaran Hari Ini. Begini Cara Tarekat Syattariyah Menentukan 1 Syawal

- 30 April 2022, 23:28 WIB
Tarekat Syattariyah memiliki perhitungan tersendiri untuk menentukan datangnya 1 Syawal
Tarekat Syattariyah memiliki perhitungan tersendiri untuk menentukan datangnya 1 Syawal /Pixabay/

KARANGANYARNEWS - Meski pemerintah belum menentukan tanggal 1 Syawal 1443 H akan jatuh pada hari apa, ribuan pengikut Jemaah Tarekat Syattariyah di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, sudah merayakan Hari Raya Idulfitri pada Sabtu (30/4/2022).

Tampak para pengikut tarekat ini tengah melaksanakan shalat ied yang dipusatkan di Kompleks Masjid Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur.

Bertindak sebagai imam Salat Id tersebut dipimpin oleh Abu Said Kamaruddin Bin Abu Habib Qudrat, dan khatib disampaikan oleh Teuku Raja Keumangan.

Baca Juga: Ngeri..! Gara-gara Tak Tahu Jalan, Pemudik Ini Tersesat Masuk Hutan Keramat

Teuku Raja Keumangan dalam ceramah agama yang disampaikan di depan ribuan jemaah mengatakan, pelaksanaan salat Idulfitri 1443 Hijriah tersebut karena jemaah telah melaksanakan ibadah puasa Ramadan selama tiga puluh hari lamanya.

“Karena masih ada saudara kita yang belum berhari raya, jemaah thariqat Habib Muda Seunagan (Thariqat Syattariyah) untuk menghormati yang masih berpuasa, dengan tidak makan dan minum di depan saudara kita yang masih berpuasa,” kata Teuku Raja Keumangan seperti dikutip dari Antara.

Teuku Raja Keumangan dalam kesempatan itu berpesan untuk terus memperkuat amalan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam, dengan berpedoman kepada kitab suci Al-Qur'an dan hadis shahih.

Tarekat Syattariyah sendiri merupakan salah satu tarekat yang sudah menyebar dan memilliki banyak pengikut di Indonesia.

Sebutan Syattariyah muncul ketika Abdullah al-Syattar mengembangkan tarekat ini di wilayah India.

Penyebaran Syattariyah lebih lanjut mendapatkan momentumnya pada diri Muhammad Ghauts, yang memasukkan elemen-elemen yoga dalam formulasi dzikir Syattariyah dan menghasilkan berbagai karya penting.

Baca Juga: Wuih..!! Wanita Asal Sukoharjo Ini Bisa Menghilang, Usai Menolong Anak Mahluk Wewe Gombel

Pengembangan Syattariyah keluar dari India dilakukan oleh Sibghatullah bin Ruhillah Jamal al-Barwaji pada 1606 M.

Sibghatullah juga merupakan teman karib Fadlullah Burhanpuri yang merupakan penulis kitab Taufah al-Mursalah.

Di tangan Sibghatullah, Tarekat Syattariyah berkembang ke Hijaz, yaitu
ketika ia memutuskan tinggal dan membangun ribat di Madinah.

Dia dipandang sebagai tokoh yang berhasil memperkenalkan kitab Jawahir al-Khamsah karya Muhammad Ghauts di kalangan ulama Haramayn.

Dua muridnya yang terkemuka adalah Muhammad al-Syinawi dan Ahmad al-Qusyasyi.

Melalui mereka berdua terekat Syattariyah berkembang luas. Dan tarekat tersebut masuk ke Indonesia, melalui Abdurouf Singkel pada abad 17.

Lalu bagaimana tarekat ini dalam menentukan datangnya 1 Syawal..?

Sebagai sebuah kelompok, tarekat Syattariyah memiliki metode perhitungan sendiri untuk menentukan awal tahun serta awal bulan, termasuk Ramadan dan Syawal.

Baca Juga: Lintasi Pansela Jawa, Mampir Incipi 15 Kuliner Purworejo

Perhitungan yang disebut dengan istilah Hisab takwim memungkinkan anggota kelompok ini untuk mendapatkan hasil perhitungan yang berbeda dengan kelompok lain, termasuk pemerintah.

Tak hanya hisab takwim, kelompok ini juga menerapkan metode melihat hilal, terutama untuk menentukan 1 Syawal maupun Ramadan.

Hanya saja dalam metode melihat hilal ini, para anggota tarekat Syattariyah tidak mengandalkan peralatan canggih.

Mereka tetap mengandalkan penglihatan secara langsung. Sehingga bila ada salah satu anggota yang mengaku melihat hilal, maka dia akan disumpah untuk memasikan kebenarannya.

Bila sudah disumpah, maka keesokan harinya para anggota tarekat inipun akan langsung melaksanakan ibadah shalat ied ataupun mengawali puasa di bulan Ramadan.***

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x