Termuat dalam Antologi Puisi Esai Satupena Pusat, Inilah 11 Penulis Jawa Tengah dan Karyanya

1 Januari 2023, 19:05 WIB
Bulan Puisi Esay yang digelar Satupena Pusat, diikuti ratusan penulis puisi esai dari seluruh Indonesia /Dok Satupena/

KARANGANYARNEWS - Puisi esai karya 10 penulis anggota dan satu puisi esai karya Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, termuat dalam buku antologi yang segera diterbitkan Satupena Pusat.

Ketua Umum Satupena Provinsi Jawa Tengah Gunoto Saparie mengatakan, Para penulis puisi esai dari Jawa Tengah yang karyanya terpilih dalam buku antologi puisi esai tadi masing-masing Adnan Ghiffari, Bambang Iss Wirya, Faihaa Nabiila, Mohammad Agung Ridlo, Nur Budiyana, Saefudin.

Selain itu juga ada Sahesti Yuli Ambarwati, Tirta Nursari, Widiyartono R, dan Yusuf Afandi. Mereka menulis puisi esai bertolak dari fakta sosial yang menyentuh batin dan rasa kemanusiaan, sebagaimana pernah diberitakan di media massa.

Baca Juga: Sinergitas FKUB - Satupena Jawa Tangah, Tahun 2023 Fokus Penguatan Moderasi Beragama

"Puisi esai yang mereka tulis beragam bentuknya. Namun, tetap mengacu pada kriteria puisi esai yang diberikan pelopornya, Denny JA," kata Gunoto Saparie, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia "Satupena" Provinsi Jawa Tengah.

Puisi esai mereka, lanjut dia ditulis bagaikan kisah atau cerita pendek. Ada tokoh, dialog, plot, dan konflik. Ada catatan kaki yang menunjukkan adanya fakta dan telah diberitakan di media massa kredibel.

Suatu hal yang sangat menggembirakan, menurutnya dari 10 penulis terpilih tidak semuanya senior. Ada juga generasi milenialnya yang cukup berbakat. Diantaranya dosen, mahasiswa, wartawan, karyawan swasta, dan guru. Mereka menunjukkan potensinya sebagai penulis puisi esai.

Baca Juga: Menspirit Warga Lebih Peka Lingkungan, LPPM Unissula dan Satupena Mengadakan Pelatihan Menulis Artikel

Tema yang diangkat dalam puisi esai Widiyartono, misalnya. Tentang fenomena ujaran kebencian di media sosial, tema yang meresahkan karena menimbulkan perpecahan di masyarakat.

"Sedangkan puisi esai karya Bambang Iss Wirya berkisah tentang penembakan misterius, di mana para korbannya mereka yang terindikasi sebagai penjahat," kata Gunoto Saparie.

Menurutnya, puisi esai tersebut menyentuh rasa kemanusiaan. Dikisahkan tentang seorang anak yang selalu bertanya, mengapa ayahnya harus menjadi korban penembakan misterius.

Baca Juga: Antologi Puisi Melawan Pandemi, Luapan Empati Penyair Lintas Provinsi

Puisi esai Tirta Nusari, berkisah berita  perkosaan dan pelecehan seksual di lembaga pendidikan agama. Sedangkan puisi esai Sahesti Yuli Ambarwati,  berkisah tentang terbunuhnya saksi kunci kasus korupsi di Kota Semarang.

"Puisi esai Nur Budiyana, berkisah penolakan pembangunan gereja meskipun telah memiliki IMB. Sementara puisi esai Yusuf Afandi,  mengisahkan  perjuangan seorang guru honorer mengajar di daerah pinggiran," tuturnya.

Gunoto Saparie juga menunjukkan puisi esai Mohammad Agung Ridlo,  mengisahkan problem sosial akibat bencana alam. Puisi esai Adnan Ghiffari,  menyoroti fenomena Covid-19 yang mengganggu rasa kemanusiaan.

Baca Juga: Sinergitas Satupena Jawa Tengah-Dinarpus Kota Semarang, Inilah Agenda Terdekatnya

Sementara puisi esai Faihaa Nabiilah, berkisah tokoh yang risau dan benci terhadap perbedaan dan diskriminasi di dalam masyarakat. Yang menarik, puisi esai Saefudin menyoroti kisah diskriminasi dan perundungan tak habis-habis terhadap seorang siswi sekolah menengah, karena  dicap "anak PKI".

Sedangkan puisi esai Gunoto Saparie yang menjadi penutup antologi ini, berbicara tentang seorang penganut aliran kepercayaan yang kehilangan akses pendidikan serta ekonomi, karena terkucilkan di tengah masyarakat.

Menurut Ketua Umum Satupena Pusat Denny JA, ada 13 provinsi yang terlibat dalam penulisan puisi esai. Kalau masing-masing provinsi ada 10 penulis, maka 130 orang plus para Ketua Satupena di 13 provinsi melahirkan 130 puisi esai. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler