Slamet Raharjo dalam Testimoni Denny JA dan Para Tokoh Penggiat Literasi

- 14 Agustus 2022, 18:30 WIB
Para pembicara dan moderator dalam bedah buku Cagar Budaya Kota Salatiga dalam Tindak Slamet Rahardjo di Dinpersip Salatiga, 13 Agustus 2022
Para pembicara dan moderator dalam bedah buku Cagar Budaya Kota Salatiga dalam Tindak Slamet Rahardjo di Dinpersip Salatiga, 13 Agustus 2022 /Dok Satupena Jateng/

KARANGANYARNEWS - Peran Slamet Rahardjo dalam cagar budaya Kota Salatiga mengingatkan kita tentang kisah periwayat "Epic of Gilgamesh."

Demikian disampaikan Ketua Umum Satupena Pusat, Denny JA dalam sambutan tertulis dibacakan secara daring Sekjen Satrio Arismunandar, pada Peluncuran Literasi Virtual dan Cetak Buku "Cagar Budaya Kota Salatiga dalam Tindak Slamet Rahardjo".

Dalam acara yang dihelat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan setempat, Sabtu 13 Agustus 2022 ini, Denny JA mengatakan, "Epic of Gilgamesh" peninggalan sastra paling tua dalam sejarah.

Baca Juga: Tangkal Aliran Ekstrim, Satupena dan FKUB Terbitkan Antologi Puisi Moderasi Beragama

Epik ini ditulis sekitar tahun 2100 sebelum Masehi. "Epic of Gilgamesh" sudah dilahirkan 4000 tahun lalu, lebih tua seribu tahun dibandingkan kitab suci Torah bangsa Yahudi, 2100 tahun sebelum Injil, dan  2700 tahun sebelum Alquran.

"Sejak ditemukan oleh arkeolog Hormudz Rassam di tahun 1853, epik ini disimpan saja di British Museum," ujarnya seraya menambahkan, Geoge Smith yang membuat "Epic of Gilgamesh" ini lebih dibicarakan. George Smith seorang ahli budaya kuno Mesir dan peradaan Asyiria.

Di tahun 1873-1875, demikian Denny JA, George Smith berhasil memecahkan kode bahasa dan menerjemahkan sebuah kisah dalam "Epic of Gilgamesh" itu. Ternyata itu adalah kisah banjir besar mirip kisah Nabi Nuh.

Baca Juga: Antologi Puisi Melawan Pandemi, Luapan Empati Penyair Lintas Provinsi

“Kisah ini sudah tertulis 1000 tahun sebelum kisah Nabi Nuh yang diceritakan pertama kali dalam sejarah di Torah,” terang Ketua Umum Satupena Pusat, Denny JA dalam sambutannya.

Perbedaannya, tokoh utama yang menyelamatkan hewan dan manusia dalam perahu itu tidak bernama Nabi Nuh. Namanya Utnapishtim. Banjirnya pun lokal saja, bukan banjir bandang yang melanda seluruh dunia.

Denny menuturkan, Slamet Rahardjo juga seorang periwayat tradisi. Ia merekam, menuliskan, dan meriwayatkan  Kota Salatiga sejak dulu. Kita berutang budi kepada Slamet Rahadjo. Siapapun di masa kini dan masa depan yang ingin  lebih mengenal Kota Salatiga disediakan referensinya oleh Slamet Rahardjo.

Baca Juga: Satupena Luncurkan Buku Sejarawan Salatiga, Ini Rangkaian Acaranya

Denny juga memberi apresiasi kepada Esthi Susanti Hudiono, yang menjadi kurator dan penulis. Esthi Susanti merekam dan membukukan tindak Slamet Rahardjo dalam literasi digital dan cetak Cagar Budaya Kota Salatiga.

Dalam kegiatan yang dipandu Sekretaris Satupena Jawa Tengah Fitri Astuti Lestari itu, Esthi sebagai kurator dan penulis buku mengatakan, kegiatan ini merupakan kolaborasi beberapa pihak untuk mewujudkan karya sosial bersama.

Biro Pengembangan dan Mobilisasi Sumber Daya Universitas Kristen Satya Wacana, mengajak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, serta Satupena Jawa Tengah untuk bekerja sama, menerbitkan buku "Cagar Budaya Kota Salatiga dalam Tindak Slamet Rahardjo".

Baca Juga: Test Keperawanan di Candi Sukuh, Akurat Tanpa Bantuan Medis

“Kegiatan ini bertujuan meluncurkan program baru berbasis perpustakaan daerah Kota Salatiga, menampilkan tokoh setempat, Slamet Rahardjo, yang dikemas secara cetak dan virtual,” kata Ketua Bidang Nonfiksi Satupena Jateng ini.

Mengutip jurnalis Australia, Duncan Graham, Esthi mengatakan peradaban Barat dibangun oleh literasi, setiap kota ada perpustakaan yang bisa diakses oleh siapa pun. Cakrawala berpikir, bersikap, dan bertindak masyarakat dibuka oleh buku yang dibaca.

Pembantu Rektor IV UKSW Joseph Ernest Mambu menambahkan, Slamet Rahardjo adalah alumnus UKSW yang tidak saja berandil dalam membesarkan almamaternya. Ia juga menjembatani sejarah peradaban dan kemanusiaan atau humanitas di Kota Salatiga.

Baca Juga: Dialog Budaya Satupena, Denny J; Alun-Alun Ruang Publik Strategis Teruntuk Melahirkan Ide-ide Solutif

Dewan Pakar Satupena Jateng Dr. Muhammad Abdullah memuji Slamet Rahardjo sebagai insan multitalenta luar biasa aktivitas dan gerak langkahnya. Selain itu, kepedulian dan kepekaannya terhadap budaya, artefak kuno, musik, dan fotografi, patut kita puji.

“Slamet Rahardjo tokoh teladan bagi kalangan milenial dan aktivis politik pada masanya. Ketokohan seseorang akan dilihat dari kiprah dan jejak tindakannya. Baik pemikiran, karya, maupun aktivitas sosial-politiknya,” tandasnya.

Kegiatan yang dibuka Pj. Walikota Salatiga Sinoeng N. Rachmadi ini, juga menampilkan pembahas Prof. Dr. Wasino dari Universitas Negeri Semarang dan Kabid Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga Jarwadi.

***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x