Menariknya Belanja Gerabah di Wedi Klaten: Antik, Unik dan Murah Meriah

- 15 Februari 2023, 18:35 WIB
Beragam produk handycraf gerabah pengrajin Desa Melikan, Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten
Beragam produk handycraf gerabah pengrajin Desa Melikan, Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten /Arief Winarko/ KaranganyarNews.com/

KARANGANYARNEWS - Beragam  jenis  gerabah rapi terususun di rak etalase bertingkat. Mulai gelas, teko, penampan, asbak, teflon terlihat apik berjajar.

Itulah showroom WBC atau Widodo Bendot Ceramic yang berada di jalan Pandanaran tepatnya di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Tak hanya WBC, di sepanjang jalan Bayat-Wedi-Klatenitu, juga terdapat puluhan  showroom tempat memajang para produsen gerabah warga masyarakat di perbatasan Kecamatan Wedi dan Kecamatan Bayat tadi.

Baca Juga: 8 Jodoh Weton Rabu Pahing: Berlimpah Harta dan Sukses Menggapai Bahtera Rumah Tangga

Seperti memang tak pernah lekang ditelan jaman, kendati harga  berbagai kebutuhan hidup kian melonjak tinggi, harga gerabah di sepanjang jalan itu tetap stabil.

Beragam jenis dan corak gerabah berbahan dasar tanah liat tadi, tetap diminati masyarakat dan diburu para tengkulak dari berbagai daerah. Selain sebagai suvenir atau oleh-oleh, gerabah juga mereka jadikan dagangan yang menjanjikan keuntungan.

Memasuki showroom WBC, KaranganyarNew.com disuguhi etalase tingi tempat memajang ratusan gerabah berbagai varian, dari ukuran terkecil hingga yang terbesar.

Baca Juga: Preview Barcelona vs Man Utd Leg I Liga Europa Pekan Ini, Jumat 17 Februari 2023

Di belakang showroom WBC yang terletak di pinggir jalan utama tadi, terdapat tempat produksi dan tempat pembakaran gerabah, masyarakat setempat menyebut tungku besar tadi tobong.

Sebagaimana puluhan pengrajin lainnya, pemilik showroom WBC yang juga pengrajin ini memproduksi gerabah berbahan dasar tanah berwarna hitam dan kekuningan.

Dua bahan dasar dan utama handycraf gerabah tadi, disatukan dan dibuat tanah liat dengan dengan mesin penggiling. Nah, tanah liat basah inilah yang kemudian dibuat aneka jenis gerabah.

Baca Juga: Kurma Penyubur Kandungan dan Promil, Resep Herbal Ala dr Zaidul Akbar

Seluruh proses pembuatan gerabah, hingga saat ini masih dilakukan dengan cara manual dan peralatan tradisional. Termasuk proses pembakarannya, ditaruh dalam tobong dengan perapian kaya selama 12 jam.

Kendati demikian, menurut karyawan di showroom WBC setiap hari mampu memproduksi ratusan gerabah ukuran kecil maupun yang berukuran besar. Dikerjakan oleh tangan-tangan terampil, sejumlah pekerja pengrajin gerbah yang selama ini dipekerjakan WBC.

"Jika secara kebetulan ada pesanan khusus dari konsumen, produksi gerabah untuk showroom diberhenti terlebih dulu, seluruh pekerja dikerahkan mengerjakan pesanan khusus tadi," terang dia.

Baca Juga: Dibalik Misteri Khodam Nyai Ratu Kencana, Inilah Pelet Penjerat Hati Wanita Kelahiran Weton Rabu Pahing

Kendala yang hingga kini masih dihadapi puluhan pengrajin gerabah di Desa Melikan, disebutkan masih ketergantungan pada fakto alam. Cuaca, sangat menentukan produktifitas handycraf mereka.

Karena gerabah berbahan baku tanah liat ini prosesnya harus dijemur setelah diproduksi, jika cuacanya panas cukup dijemur satu hari sudah siap dibakar.

Namun demikian, jikalau tidak ada terik matahari proses pengeringannya membutuhkan waktu tiga hari, bahkan jikalau cuaca tidak bersahabat semisal hujan membutuhkan waktu lebih lama lagi.

Baca Juga: 5 Film Romantis dan Keren yang Cocok Ditonton Bareng Pasangan di Hari Valentine

Bagi produsen gerabah yang terpenting adalah cuaca. Jika cuaca bersahabat tidak ada hujan, gerabah setelah proses akan di jemur. Jika cuaca bagus cukup satu hari, namun jika cuaca hujan pengeringan dapat memakan waktu tiga hari.

Terkait pangsa pasar gerabah tradisional ini, dijelaskan tidak saja dari wilayah Kabupaten Klaten. Tidak sedikit juga, pesanan juga datang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Diantaranya dari Semarang, DIY, Cirebon, Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekanbaru, Makasar dan lainnya. Selain karena harganya yang relatif terjangkau berbagai kalangan masyarakat, banyak juga gerabah yang mereka beli untuk dijual lagi.

Baca Juga: Bencana Tebing Longsor, Jalan Tembus Lintas Provinsi di Gunung Lawu Tertimbun Batu dan Material

Berbagai varian gerabah dengan model natural, klasik, atau modern lengap terpajang di etalase-etalase showroom ini dapat  dijadikan oleh-oleh bagi sanak  keluarga, atau orang-orang tercinta.

Sebagai hiasan dinding di ruang tamu sangat cocok, atau bagi para pengusaha muda berbasis online, sangat pas jika gerabah dari Wedi Klaten dijual kembali.

Pasalnya harga gerabah di tempat ini  terbilang sangat murah dibanding di tempat lain. Mulai harga dua ribu rupiah dapat membawa tempat sambal mungil, teko air panas diameter  kurang lebih 10 cm seharga lima belas ribu rupiah.

Baca Juga: Klenteng Sam Poo Kong, Tempat Wisata Keren di Semarang Kaya Nilai Toleransi

Asbak lima ribu rupiah, guci setinggi 1 meter harganya kurang lebih satu jutaan rupiah. Harga tersebut, tergantung kerumitan dan bentuknya. Selain itu, pesanan khusus dari konsumen seperti souvenir juga dilayani.

Jadi, dengan uang 50 ribu, datang ke WBC atau showroom gerabah di sepanjang jalan Pandanaran Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, dapat membawa oleh-oleh puluhan gerabah dari ukuran kecil sampai ukuran  besar. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x