Ritual Padusan, Antara Tradisi Pembersihan Diri dan Penyerapan Berkah

29 Maret 2022, 13:55 WIB
Jelang bulan Ramadan, banyak orang datang ke tempat pemandian untuk melakukan ritual padusan /Klasik Herlambang/Karanganyar News

KARANGANYARNEWS - Prosesi padusan atau mandi besar di tempat-tempat keramat kerap dilakukan sebagian masyarakat, guna menyambut datangnya bulan Ramadan.

Selain untuk menyucikan lahir dan batin sebelum pelaksanaan ibadah puasa, ritual ini juga diyakini memudahkan penyerapan berkah di malam lailatul qadar. 

Bagi umat Islam di seluruh dunia, datangnya bulan Ramadhan atau bulan puasa akan dipandang sebagai sebuah berkah tersendiri.

Sebab dalam bulan inilah, segala bentuk pahala dari perbuatan baik yang kita lakukan di dunia akan dilipat gandakan. Hingga ujung-ujungnya mendorong para muslim untuk giat beribadah dan beramal.

Baca Juga: Jadi Istri Siluman Banteng Penguasa Pantai Utara, Wanita Ini Harus Siap Melayani Semalaman Tanpa Henti

Dan demi diraihnya banyak pahala di bulan puasa ini, masyarakat Jawa memiliki tradisi khas yang hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat.

Nyadran, demikian tradisi ini disebut. Tradisi ini sebenarnya sudah berkembang sangat lama, terutama pada masa Hindu Jawa. Dan karena masih ada masyarakat pendukungnya, maka tradisi itu tetap bertahan hingga saat ini.

Dari situlah kemudian tradisi ini terus berkembang. Masyarakat mulai banyak yang mengikutinya hingga kemudian tetap terjaga hingga saat ini.

Semua tak lepas dari upaya para wali untuk menarik hati umat, yang salah satu caranya dnegan mengakulturasi beberapa tradisi yang telah berkembang lebih dulu. Salah satunya adalah nyadran.

Dalam rangkaian penyambutan bulan puasa, tradisi nyadran juga diikuti dengan tradisi padusan. Pelaksanaan padusan sendiri biasanya dilakukan sehari sebelum datangnya bulan puasa. Dan dilakukan di berbagai sumber air yang tersebar di berbagai tempat.

Padusan sebenarnya merupakan simbol upaya penyucian diri guna menyambut datangnya bulan puasa. Sebab dalam bulan puasa, manusia dituntut untuk selalu menjaga kesucian, baik lahir maupun batin.

Kesucian lahir dan batin ini diyakini akan mempengaruhi ‘kesuksesan’ seseorang dalam menjalankan ibadah di bulan puasa.

“Di bulan puasa itu orang-orang akan berharap bisa membersihkan batinnya dari berbagai dosa yang telah meraka lakukan selama ini. Karena itu, berbagai ibadah dan amalan baik lain akan giat dilakukan, demi didapatkannya pahala berlimpah. Nah tingkat keberhasilan itu diyakini sangat dipengaruhi oleh persiapan yang dilakukan seseorang sebelum datangnya bulan puasa. Yang salah satunya adalah padusan,” jelas KRHT. Kresna Handayaningrat, budayawan asal Solo seperti dikutip dari Majalah LIBERTY edisi  April 2009.

Baca Juga: Desa Ngringo Ditetapkan Jadi Kampung Pancasila Pertama di Karanganyar. Ini Alasannya

Padusan sendiri berasal dari kata adus yang artinya mandi. Sehingga padusan bisa diartikan sebagai sebuah aktifitas mandi, yang dilakukan dengan tujuan tertentu.

Yaitu menyucikan jiwa dan raga, agar bisa menghadapi bulan puasa dengan baik. Namun di sisi lain, padusan juga bisa diartikan sebagai tempat untuk mandi.

Kedua makna itu memang sama-sama benar, namun dalam kaitan ini kita akan melihat makna padusan dari sisi sebuah aktifitas.

Sedangkan makna padusan dari sisi tempat akan kita bahas di bagian lain. Menurut Kresna, padusan dilakukan karena orang-orang ingin tampil dalam kondisi bersih saat menghadapi bulan puasa.

Dan hal ini sangat perlu dilakukan karena secara psikologis mampu mempengaruhi kesiapan diri seseorang dalam menghadapi bulan puasa.

Sehingga saat dia telah siap, maka serangkaian ibadah yang dianjurkan di bulan ini bisa dikerjakan dengan sebaik mungkin.

Selain itu, datangnya bulan puasa bisa diidentikkan dengan turunnya berkah lailatul qadar. Sebuah berkah pahala yang diyakini besarnya sama dengan bila seseorang menjalankan ibadah selama seribu bulan.

Berkah yang satu ini bagi umat Islam jelas merupakan berkah terbesar yang sangat ditunggu-tunggu. Karenanya tak jarang banyak di antara para umat Islam itu yang berusaha mencarinya di malam-malam tertentu di bulan puasa.

Penyucian diri dengan padusan diyakini akan berpengaruh pada penyerapan berkah tersebut. Dan hal ini telah diyakini masyarakat sejak jaman dulu. Yang mana terbukti dari banyaknya tempat-tempat keramat yang berupa patirtan atau petirtaan.

Pada jaman dulu, selain dipakai sebagai tempat untuk mandi, patirtan kerap dipakai sebagai tempat ritual.

Kontak langsung dengan air yang berasal dari sumber alami diyakini mampu membuka aura orang yang menjalankan ritual di dalam patirtan.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Keberadaan Pohon Langka Pakis Binaiya Makin Terancam

Sehingga hal ini akan memudahkannya menyerap wangsit atau bahkan wahyu yang diberikan Tuhan kepadanya.

Wahyu, karomah atau apapun namanya sangat dibutuhkan sebagai penuntun langkah seseorang dalam hidup.

Dengan bisa menyerapnya, maka seseorang akan senantiasa mendapatkan jalan terang dalam menjalani kehidupannya. Artinya hidupnya akan senantiasa bahagia.

Terkait dengan pencarian berkah di bulan puasa, wangsit ataupun wahyu berupa berkah lailatul qadar menjadi tujuan terbesar.

Sebab dengan didapatkannya berkah ini maka seseorang akan merasa hidupnya telah benar-benar sempurna. Dan hal ini bisa dirasakan pada saat hari raya Idul Fitri. Di mana rona-rona keceriaan akan senantiasa membias di wajahnya.

Selain itu, dalam perjalanan waktu hidupnya setahun mendatang, berbagai berkah akan senantiasa datang dan menghampirinya.

“Dalam prosesi padusan, aura dalam diri kita akan dibuka, sehingga memudahkan penyerapan wahyu. Karena itu padusan sangat dianjurkan pada mereka yang akan menjalankan puasa di bulan puasa. Sebab akan bisa mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam meraih berkah lailatul qadar,” terang Kresna.***

Editor: Langgeng Widodo

Tags

Terkini

Terpopuler