Tausiah Hari Ini; Catat, Inilah Risalah Keutamaan Ilmu dalam Syariat Islam

31 Mei 2022, 19:51 WIB
Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd. /dok pribadi/

Tausiah |.| Ustadz Moch Isnaeni

ABDULLAH bin Abbas, dikisahkan anak muda yang selalu dibawa Umar bin Khathab mengikuti berbagai diskusi di majelis orang tua yang pernah mengikuti Perang Badar.

Melihat ada anak muda yang selalu mengikuti majelis diskusinya, sebagian dari mereka seakan-akan tidak suka dengan kehadirannya.

Mereka berkata, “Mengapa pemuda ini masuk dalam kelompok kita. Padahal kita juga mempunyai anak yang sebaya dengannya?”

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Kisah Penista Adzan di Jaman Rasulullah

Mendengar pertanyaan itu, Umar bin Khathab menjawab, “Sesungguhnya ia adalah anak yang kalian ketahui, yakni anak yang lahir dari pendidikan Nabi Muhammad SAW dan merupakan sumber ilmu.”

Pada suatu kesempatan, Umar bin Khathab memanggil Abdullah bin Abbas untuk menujukkan kelebihannya di hadapan mereka, lalu Umar bin Khathab berkata;

“Apakah komentar kalian terhadap firman Allah SWT Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat (QS an-Nashr (110) : 1-3)?’’

Baca Juga: Inilah Misteri Dibalik Tangis Derai Air Mata, Menurut Syariat Islam

Salah seorang dari mereka menjawab, “Kami diperintahkan untuk memuji dan memohon ampunan kepada Allah bila kita mendapat pertolongan dan kemenangan.”

Sementara sahabat yang lain terdiam dan tidak berkata apa-apa. Lantas, Umar bin Khathab bertanya kepada Abdullah bin Abbas, “Apakah komentarmu pun seperti itu wahai Ibnu Abbas? Ibnu Abbas menjawab, “Tidak.”

Umar bertanya lagi, “Bagaimana komentarmu?” Ibnu Abbas menjawab, “Itu adalah saat kepergian Rasulullah yang diberitahukan oleh Allah kepada beliau.”

Baca Juga: 5 Jalan Menggapai Kebahagiaan Hidup, Menurut Syariat Islam

Mendengar jawaban itu, Umar bin Khathab berkata, “Saya tidak mengetahui pengertian ayat itu demikian kecuali dari apa yang kamu katakan.’’

Demikianlah ketinggian ilmu Abdullah bin Abbas, dengan ilmu mumpuni yang dimilikinya ia dilibatkan ke dalam lingkungan sahabat-sahabat yang sudah senior.  Para orang tua yang pernah ikut dalam perang badar, dari kalangan sahabat yang utama.

Hal ini menunjukkan, seseorang bisa lebih utama dari teman-teman segenerasinya, bahkan melebihi para seniornya karena pemahamannya yang baik dan ilmu pengetahuan yang luas.

Baca Juga: ‘Gemi Nastiti Ngatiati’; Kado Teruntuk Kaum Ibu di Hari Ibu International

Lebih daripada itu, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sampai beberapa derajat, sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surah al-Mujadilah (58) ayat 11;

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’

Dari sini, dapat kita pahami  mengapa Islam mewajibkan umatnya menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ajal menjemputnya. Tujuannya, Islam hendak memuliakan umatnya dengan ilmu yang dimilikinya.

Baca Juga: Prof. Rizal Sukma; Muhammadiyah Perlu Dirikan Pusat Kajian Perdamaian Dunia

Untuk itu, janganlah kita merasa cukup dengan ilmu yang telah kita miliki dan jangan pula membatasi diri untuk mencari ilmu karena usia telah senja.

Selama hayat dikandung badan, hendaknya kita tidak berhenti menuntut ilmu agar mendapat keutamaan dan kemuliaan di dunia maupun di akhirat. “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS Thaha (20) ; 114). ***

Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)  Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kamtibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler