Alhasil, ahlan wa sahlan lebih dari sekadar ucapan selamat datang. Menurut Ustadz Miftah Fausi, Islam mengajarkan bagaimana umat muslim menyambut tamu agar leluasa, nyaman, seperti tinggal di rumah sendiri.
Selain itu, Islam juga mengajarkan adab bertamu. Selain ada kewajiban dari sisi tuan rumah, kata dia, ada juga kewajiban dari sisi tamu.
Baca Juga: Kumpulan Ucapan Menyambut Ramadhan 1443 H, Bisa Untuk Status Instagram dan WhatsApp
“Lalu, apa bedanya ahlan wa sahlan dengan marhaban. Dan yang mana yang kita ucapkan untuk bulan suci?” tanya Ustadz Miftah Fauzi.
Dia menjelaskan kata marhaban berasal dari kata rahiba atau rahuba yang artinya luas, besar, lapang. Ucapan marhaban menunjukkan tuan rumah yang menyambut tamu dengan segala kebesaran hati, kelapangan jiwa, dan keluasan diri.
“Marhaban menunjukkan lapang dada. Sebagai tuan rumah, kita menyambut tamu dengan terbuka dan bahagia. Itulah marhaban,” ujarnya.
Baca Juga: Begini Pandangan Unik Gus Baha Tentang Puasa Ramadhan
Masih dari akar kata yang sama, yaitu rihab, menurut Ustadz Miftah Fauzi, kata marhaban juga bermakna tempat beristirahat, taman, rest area.
“Jadi saat kita mengucapkan Marhaban ya Syahra Ramadhan, artinya kita jadikan juga bulan suci ini bulan beristirahat. Bulan beristirahat siapa? Buat jiwa kita, ruh kita,” katanya.
Sebab, tambah dia, sudah terlalu lama ruh lelah. Sudah terlalu lama jiwa letih. Apa yang melelahkannya tidaklain karena urusan duniawi, pikiran-pikiran yang tidak disandarkan pada Allah SWT.