Kisah Misteri di Radio Kampus, Pulang Siaran Ditunggu Pocong

- 30 Maret 2022, 17:14 WIB
Ilustrasi tangga tak terawat
Ilustrasi tangga tak terawat /Pixabay/

Pukul 17.45 Fifie memutar file rekaman adzan magrib. Setelah itu Fifie melanjutkan tugasnya sebagai penyiar, mulai dari menyapa pendengar, membacakan request lagu dan kirim salam melalui SMS. 

Sepinya kampus awalnya tak membuatnya takut karena ia ditemani salah seorang teman lelakinya, sebut saja Doni yang juga mendapatkan jadwal menjadi operator.

Langkah sepatu petugas keamanan yang menyalakan satu persatu lampu penerangan mendekat, setelah menengok sebentar dan melambaikan tangan tanda sapa ia kemudian balik langkah. 

Menit-menit berlalu, tak terasa jarum jam di ruang operator hampir menunjuk ke angka tujuh. Melalui jendela kaca, Doni menunjuk pergelangan tangan, tanda jam siaran segera berakhir.

Fifie mengangguk kemudian melepas hetset dan menurunkan volume microphone hingga ke bawah. Entah kenapa Fifie merasakan buku kuduknya berdiri sembari sesekali melihat di beberapa penjuru studio.

"Ayo Don, kita balik," ujar Fifie.

Doni bergegas mematikan lampu ruang operator kemudian keluar dan mengunci pintunya. Begitu juga dengan Fifie. Keduanya melakukan itu secara terburu-buru. Kesunyian malam itu memang jadi tak seperti biasanya. Ngungun....benar-benar ngungun. 

Angin perlahan-lahan berembus, gesekan rerimbun pohon bambu semakin membuat malam itu jadi terasa mencekam. 

Sialnya, studio radio kampus itu berada di lantai dua. Mau tidak mau mereka berdua harus melewati ruang-ruang kelas yang sudah kosong, dan tangga bangunan yang lampunya tak berfungsi dengan baik. Kadang menyala, kadang mati.

Dua menit turun dari lantai atas perasaan tidak enak semakin membuat jantung keduanya berdebar tanpa alasan. Bersama Fifie yang terus menggandeng erat tangannya yang berkeringat dingin, Doni menuju sepeda motornya yang diparkir di depan gedung lantai 1. 

Halaman:

Editor: Abednago Afriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah