'Sebilah Lidah' Chris Triwarseno Menembus Kedutaan Perancis, Inilah Antologinya

11 Mei 2023, 19:05 WIB
Buku Antologi Puisi ‘Sebilah Lidah’, karya Chris Triwarseno /Dok. Pribadi/

KARANGANYARNEWS - Lidah adalah rahim huruf-huruf ketika kita bersuara, dan di dalam antologi puisi Chris Triwarseno, berjudul 'Sebilah Lidah' ini, suara-suara tersebut direpresentasikan pada tak kurang 100 judul puisi. Puisi-puisi penyair kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, tersebut  menyuarakan beragam tema.

 

Keseluruhannya dipaduharuhakun dengan latar, cerita dan pemaknaan tentang spiritualitas, filosofi, cinta, perjalanan, realitas sosial, perempuan, heroisme, alam semesta, wayang dan lain-lain.

Semua puisi dalam antologi berlabel 'Sebilah Lidah', menurutnya sudah melalui proses kurasi oleh redaktur di sejumlah media cetak dan media online. Puisi-puisi tersebut diterbitkan pada berbagai media antara bulan Februari 2022 sampai Maret 2023.

 Baca Juga: Terspirit Masa Remaja Nan Sepi, Esthie Luncurkan Antologi Puisi Titik Balik

Diantaranya Chris Triwarseno sebutkan pernah dimuat di republika.id, Suara Merdeka, Kaltim Post, Lombok Post, borobudurwriters.id, nongkrong.co, balipolitika.com, negerikertas.com, riausastra.com, nadariau.com, bbpmpjateng.kemendikbud.go.id, dermagasastra.com dan arahbatin.com.

Beberapa puisi di dalam antologi 'Sebilah Lidah', sebagaimana dikatakan kepada KaranganyarNews.com,  ada juga yang pernah dipajang di Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia.

Lidah dalam Sangkar

 

Selain itu terdapat juga puisi yang pernah dibacakan dalam acara 'Ngabubu-Read Sastra' di Bentara Budaya, dan dibacakan oleh Wayan Jengki Sunarta dalam acara 'Mengenang Umbu Landu Paranggi'.

 Baca Juga: Kemenag RI Programkan Penggandaan Antologi Puisi Moderasi Beragama Satupena Jawa Tengah

"Pernah juga dibacakan Komunitas Jatijagat Kehidupan Puisi di Bali, dan beberapa puisi telah memenangi berbagai lomba cipta puisi," terang alumni Teknik Geodesi UGM, kini menjadi karyawan swasta dan bertempat tinggal di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, tadi.

Dipilihnya 'Sebilah Lidah' menjadi judul buku antologi ini, dikatakan tidaklah instan. Telah melalui proses diskusi panjang baik antara penulis dengan penyair Hasan Aspahani, dengan jurnalis senior yang lebih tepat dia sebutkan  sebagai mentor dalam penyusunan antologi ini. 

Selanjutnya, sebagaimana konsep, filosofi dan desain 'Sebilah Lidah' yang divisualisasikan kuat, khas, mudah diingat dan dan menurutnya puitis. Sebagaimana tervisualisasi dalam gambar lidah menjulur, salah satu sisinya tajam seperti bilah pisau, dan berada di dalam sangkar.

 Baca Juga: Antologi Puisi Melawan Pandemi, Luapan Empati Penyair Lintas Provinsi

"Lidah adalah sepotong daging tak bertulang yang terletak di dalam rongga mulut dan dipagari dua baris gigi, mengisyaratkan supaya manusia berhati-hati menjaga lidah dan apa yang diucapkannya," kata penyair yang telah membuahkan puluhan antologi puisi bersama penyair beken lainnya tadi.

Jarimu Harimaumu

 

Menurut Chris Triwarseno, lidah diibaratkan bilah pisau yang apabila salah menggunakannya akan menyulut dendam, mampu menyayat, membunuh tanpa luka, dan membinasakan.

Sebagaimana bait-bait yang tertulis pada dua puisi yang berjudul 'Sebilah Lidah' dan 'Lidah yang Kausayat' dalam antologi tunggalnya ini. Lidah adalah tempat keselamatan digantungkan, serupa semestinya lidah juga dikurung pada sangkar pengendalian yang tergantung pada tiang kebijaksanaan.

 Baca Juga: Terlahir dari Kekawatiran Maraknya Radikalisme, Inilah 69 Penyair Antologi Puisi Moderasi Beragama

Ketajaman lidah juga bertransformasi di zaman modern, mewujud dalam bilah-bilah status di media sosial yang acapkali saling 'membunuh' dengan bersilat lidah.

“Sekarang, ungkapan 'mulutmu-harimaumu' telah tergantikan di era manusia dikendalikan algoritma, menjadi ungkapan 'jarimu-harimaumu' yang juga mematikan,” kata Chris Triwarseno.

Sumber lainnya yang dilansir KaranganyarNews.com menyebutkan, sebelum menerbitkan antologi ‘Sebilah Lidah’ Chris Triwarseno juga telah menulis antologi puisi ‘Bait-bait Pujangga Sepi’. Dia juga aktif di Kelas Puisi Bekasi (KPB), Kelas Puisi Alit (KEPUL) dan beberapa komunitas literasi lainnya.

 Baca Juga: Pengurus Satupena Karanganyar Siap Dikukuhkan, Inilah 22 Personilnya

Karya cipta lainnya tergabung dalam antologi ‘Pagelaran, Puisi Yogya Istimewa’  (Kurator Bambang Widiatmoko), antologi ‘Lukisan Bumi’ (Editor Nia Samsihono), antologi puisi ‘Alam Sejati’ (Editor Nia Samsihono), antologi ‘Puisi Untuk Dokter’  dalam rangka HUT Ke-72 Ikatan Dokter Indonesia (Kurator Sthiprana Duarsa, Gm Sukawidana dan Wayan Jengki Sunarta).

Puisinya ‘Mirabal Membungkam Rafael Trujillo: Patria, Minerva, dan Maria Teresa’ terpilih sebagai salah satu dari 5 puisi pendek terbaik pada Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan diselenggarakan Institut Francais d’Indonesia bekerjasama dengan Kompas Institute. Puisi tersebut, dipajang di Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia.

Puisi Chris Triwarseno ‘Hikayat Tanah Kepada Api’, dibacakan pada acara Ngabubu-read Sastra di Bentara Budaya, Jakarta. Sedangkan puisinya yang berjudul ‘Yogya, Kenangan, dan Kamu’ dibacakan oleh Wayan Jengki Sunarta pada acara Malam Mengenang Umbu Landu Paranggi, diselenggarakan komunitas Jatijagad Kehidupan Puisi.

 Baca Juga: Ketua Satupena Kabupaten Semarang,, Tirta Nursari: Penulis Lokal Tak Kalah dengan Penulis Mayor

Puisi ‘Dewi Themis dan Perempuan Lapar’ ciptaannya memenangkan Lomba Cipta Puisi di negerikertas.com (Anugerah Negeri Kertas - Keadilan Internasional 2022). Puisi Chris Triwarseno ‘Serumpun Rindu, Serupa Candu’  menjadi pemenang Lomba Cipta Puisi Cinta di kanal youtube Yuditeha, dia juga menulis resensi antologi puisi "Tetirah Puisi Bertitimangsa hingga Pandemi". ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler