Network
Tausiah |.| Ustadz Moch Isnaeni
SEGALA permasalahan hidup kian berkembang bagi kaum muslim, jika dihadapkan suatu masalah umat Islam lebih menanyakan sumber dalilnya dari pemecahan masalah tersebut.
Darimana asal perkataan ini? Apakah ada dalil yang melatarbelakangi permasalahannya? Bahkan, tak jarang mereka menanyakan hal tersebut dengan keterangan yang rinci.
Nah, untuk menjawabnya tentu membutuhkan penjelasan dengan kajian panjang, agar bisa dipahami secara komprehensif dan tidak parsial, termasuk pertanyaan satu ini; ‘Wanita Sebagai Tiang Negara’, Hadist atau bukan?
Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Mentauladani Kesabaran dan Kemenangan Tentara Thalut
Era sekarang juga muncul berbagai media dakwah, baik dalam bentuk ceramah atau tulisan-tulisan tersebar dalam berbagai situs Islam.
Biasanya mereka menyampaikan dalil-dalil untuk menguatkan argumen, di antaranya dalil alquran, hadist dan fatwa para ulama. Tak jarang juga, mereka memberikan hadis-hadis yang mendukung sesuai dengan tema tulisan.
Banyak Hadist masyhur tersebar di masyarakat, namun setelah diteliti hadist ini masuk dalam kategori hadist palsu. Salah satunya, ungkapan ‘Wanita Tiang Negara’ yang sering terdengar telinga kita.
Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Cinta Dunia Membutakan Hati dan Menspirit Kemaksiatan
Beberapa kali ditemukan, ungkapan ini sering disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagian kalangan, menyampaikannya dalam forum ceramah keperempuanan. Lantas apakah ungkapan ini termasuk hadist atau kalam hikmah?
النساء عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد
“Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka akan baiklah negara dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negara.”
Perihal ungkapan ini sesungguhnya telah disebutkan dalam buku Hadist-Hadist Bermasalah, karya Ali Mustafa Yaqub Allahu Yarham.
Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Islam Mensyariatkan Kasih Sayang Sesama Umat
Sebagai Hadist populer mestinya hadist ini bisa ditemukan dalam kitab yang mengumpulkan Hadist masyhur. Dalam kajian ilmu Hadist, Hadist masyhur terkadang memiliki sanad, tapi terkadang juga tidak memiliki sanad sama sekali.
Kecuali hanya terkenal dari satu mulut ke mulut yang lain, bahkan cuma terkenal dalam satu kalangan tertentu tidak dengan kalangan yang lainnya.
Beliau mengatakan, ungkapan ini tidak ada pada beberapa kitab Hadist masyhur seperti al-Maqasid al-Hasanah, al-Durar al-Muntasyirah, al-Ghammaz ala al-Lammaz, Tamyiz al-Tayyib min al-Khabits, Asna al-Mathalib, Kasyf al-Khafa’ wa al-Muzil al-Ilbas dan beberapa kitab hadis lainnya.
Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Mentauladani Tokoh Usia Pendek Tapi Namanya Terabadikan
Beliau menyimpulkan, sementara ungkapan ini bukan termasuk Hadist. Ungkapan ini sangat membumi di kalangan penceramah, namun tidak layak jika ungkapan ini disandarkan pada Nabi, sedangkan belum ada sumber valid yang membuktikannya.
Jika seseorang menganggap ungkapan ini adalah Hadist Nabi, sama artinya dia telah menisbatkan sesuatu yang bukan ucapannya atau dapat dikatakan dengan mendustakan Nabi.
Bila seseorang menganggap ungkapan ini baik, memang suatu hal yang wajar. Apalagi ungkapan ini memberikan makna yang bagus, langkah kita harus lebih berhati-hati dalam mengambil sesuatu.
Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Perbuatan Kecilpun Dapat Berbuah Surga, Ini Risalahnya
Sikap yang tepat, adalah mempelajari dan memahami segala sesuatu secara komprehensif. Bukan langsung mengklaim sesuatu dengan mudah, apalagi berhubungan dengan klaim Hadist Nabi.
Maka orang tersebut telah menisbatkan sesuatu yang bukan ucapannya atau dikatakan dengan mendustakan Nabi. ***
Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kantibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.
