Tausiah Hari Ini; Mengkolaborasi Keistimewaan Dibalik Kelemahan

- 17 Juni 2022, 07:25 WIB
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd /dok pribadi/

Tausiah |.| Ustadz Moch Isnaeni

Kisah si tuna netra, tuna wicara, dan tuna rungu memberikan learning tentang makna dan hakekat kehidupan kepada kita. Terutama terkait menempatkan seseorang sesuai kelebihan dan kompetensinya. Berikut kisahnya;

Seorang Ayah mempunyai tiga orang anak. Anak pertama dalam kondisi tuna netra, anak kedua tuna wicara, dan anak ketiga dalam tuna rungu.

Meskipun memiliki kekurangan, hidup mereka cukup bahagia dan ketiga anaknya juga tumbuh dewasa serta saling mengisi.

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Wanita Sebagai Tiang Negara, Hadist atau Ungkapan?

Suatu saat sang ayah gundah memikirkan masa depan ketiga anaknya. Pada saat berdoa, sang ayah memohon bimbingan dari Tuhan.

Sang ayah bertanya kepada Tuhan, mengapa dirinya diberikan tiga anak dengan kondisi berbeda dengan kekurangan yang berbeda pula?

Ketika makan malam tiba, di atas meja tersedia sendok, garpu, dan pisau guna menikmati berbagai macam hidangan yang berbeda seperti mie, daging bakar, dan nasi putih.

Sang ayah menggunakan sendok, garpu, dan pisau secara bergantian. Saat menyantap mie, garpulah yang punya banyak peran.

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Mentauladani Kesabaran dan Kemenangan Tentara Thalut

Tapi, saat makan daging bakar, pisau dan garpu mengambil peran itu. Sedangkan saat mengambil nasi, sendok yang lebih tepat untuk digunakan.

Ketika sedang asyik menyantap hidangan dengan menggunakan ketiga alat makan tadi silih berganti, tiba-tiba Sang ayah terusik hatinya.

Karena Tuhan ternyata telah menunjukkan kepadanya  akan makna tiga alat yang mempunyai fungsi berbeda, namun ketiganya mempunyai peran penting dalam aktivitas makan.

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Cinta Dunia Membutakan Hati dan Menspirit Kemaksiatan

Kontan, Sang ayah teringat pada ketiga anaknya yang memiliki kondisi berbeda-beda dan dia membandingkan satu dengan yang lainnya. Seketika Sang ayah tersentak dan mendapat pencerahan.

Dia kemudian bersujud dan bersyukur, “Ya Tuhan, terima kasih Engkau telah memberikan aku anak-anak yang luar biasa dalam kehidupan ini.”

Sang ayah mengibaratkan ketiga anaknya dengan sendok, garpu, dan pisau yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Anak pertama diibaratkan sebagai sendok, garpu anak kedua, dan pisau anak ketiga.

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Islam Mensyariatkan Kasih Sayang Sesama Umat

Tanpa garpu kita akan sangat sulit menikmati mie, tanpa pisau kita tidak bisa menikmati daging bakar, dan tanpa sendok kita kesulitan mengambil nasi.

Kondisi itu membuat Sang ayah menyadari dan mensyukuri, alangkah indahnya mempunyai sesuatu yang berbeda ketimbang hanya mempunyai tiga buah garpu. Perbedaan itu, terasa membuat sesuatu yang bermakna dan menjadi lebih lengkap.

Kisah tadi pun mengingatkan kita pada sebuah pepatah leluhur Minangkabau, Sumatera Barat;

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Mentauladani Tokoh Usia Pendek Tapi Namanya Terabadikan

“Nan buto pahambuih lasuang, nan pakak palapeh badie, nan lumpuah paunyi rumah, nan kuek pambaok baban, nan binguang kadisuruah-suruah, nan cadiak lawan barundiang.”

(Si tuna netra sebagai peniup lesung, si tuna rungu bertugas menembakkan meriam dan si tuna daksa tukang jaga rumah. Yang kuat sebagai pembawa beban, si bingung untuk disuruh-suruh, dan si pintar lawan berunding).

Orang tuna netra memiliki kelemahan pada indra penglihatan, maka ia harus ditempatkan sebagai peniup lesung atau tungku api (nan buto pahambuih lasuang). Kinerja dan performa tuna netra pasti optimal, sebab ia tidak akan pernah merasa perih di matanya bila dekat tungku api.

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Perbuatan Kecilpun Dapat Berbuah Surga, Ini Risalahnya

Sementara itu, orang yang memiliki kelemahan pada indra pendengaran dapat diberdayakan dengan tugas menembakkan meriam (nan pakak palapeh badie).

Si tuna rungu akan bekerja optimal karena memiliki kekebalan pada telinganya, tidak akan merasa kesakitan oleh dentuman keras dari ledakan meriam.

Sedangkan orang tuna daksa, dapat diberdayakan untuk menjaga rumah (nan lumpuah paunyi rumah) lantaran pekerjaan menjaga rumah memang tidak perlu ke mana-mana.

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Yakini, Sesulit Apapun Allah Pasti Memberi Kemudahan

Untuk orang berotot atau kuat bisa diberdayakan sebagai pembawa beban berat (nan kuek pambaok baban). Dan, seorang yang berotak cemerlang (si pintar) dapat diberikan tugas sebagai juru runding atau pemrasaran dalam suatu diskusi.

Kisah tadi menggambarkan betapa arif para leluhur Nusantara kita. Mereka berusaha meletakkan atau menanamkan dasar-dasar kehidupan guna melahirkan masyarakat yang kuat, makmur, dan sejahtera.

“Put your right man on the right place,” Bila kita bisa menilai dan memahami kompetensi (sekumpulan sikap positif, pengetahuan, dan keterampilan yang berbeda dengan yang lain) secara lebih baik.

Baca Juga: Tausiah Hari Ini; Catat, Inilah Penyebab Usia Umat Nabi SAW Lebih Pendek

Ditambah menempatkan pada posisi yang tepat, tentu kita telah bertindak benar dan bijaksana dengan memberdayakan segenap kekuatan untuk mencapai keberhasilan. ***

Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)  Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kantibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah