Dialog Budaya Satupena, Denny J; Alun-Alun Ruang Publik Strategis Teruntuk Melahirkan Ide-ide Solutif

26 Mei 2022, 13:14 WIB
Dialog budaya Ravitalisasi Alun-Alun Kota Semarang, dihelat Satupena Provinsi Jawa Tengah dan Pemkot Semarang, Selasa, 24 Mei 2022 /Dok Satupena Jateng/

KARANGANYARNEWS - Alun-Alun sebagai ruang publik yang sangat strategis teruntuk mendiskusikan seni budaya, berbagai bidang ilmu pengetahuan, sebagai galeri seni, ekspresi politik warga, dan pusat atraksi turisme.

Demikian disampaikan Ketua Umum Perkumpulan Penulis Satupena Pusat, Denny JA di depan peserta Dialog Kebudayaan tentang Kembalinya Alun-Alun Kota Semarang.

Dalam acara yang dihelat Satu Pena Provinsi Jawa Tengah dan Pemkot Semarang  di Oedetrap, Kota Lama, Semarang, Selasa, 24 Mei 2022 ini, Denny JA memberikan apresiasi atas upaya Pemerintah Kota Semarang dalam merevitalisasi Alun-Alun.

Baca Juga: Satupena Diskusikan Revitalisasi Alun Alun, Gunoto; Jangan Abaikan Ruang Budaya

Denny yang dalam forum ini hadir secara daring mencontohkan, sejumlah referensi sejarah bagaimana alun-alun pada masa sebelum masehi telah menjadi ruang publik yang sangat urgen dalam segala aktifitas kehidupan.

“Sebut saja alun-alun Greek Agora di Yunani yang berdiri tahun 600-480 SM. Alun-alun seluas 12 hektar ini menjadi ruang pertemuan dan diskusi para filsuf, seperti Plato dan Aristoteles”, katanya.

Menurut Denny, perjumpaan di ruang publik memberikan inspirasi, semangat, dan harapan baru. Karena setiap kota harus menyediakan alun-alun sebagai ruang publik bagi warganya.

Baca Juga: NPPN Belum Jadi Solusi, Satupena Jateng Desak Pemerintah Hapus Pajak Penulis

Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, upaya mengembalikan alun-alun Kota Semarang merupakan pekerjaan rumah paling berat. Dan yang dibutuhkan sangat besar, sehingga pembangunan harus dilakukan secara bertahap sampai empat tahun.

“Mengembalikan alun-alun sebagai ikon Semarang yang ada nilai sejarahnya bukan hal mudah,” tandasnya.

Dalam forum diskusi yang sama, Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah,   Mohammad Agung Ridlo menunjukkan, dulu alun-alun merupakan konsep pemerintah Hindia Belanda sebagai pusat pemerintahan di setiap daerah tingkat II.

Baca Juga: Bakul Cilok Mengaku Nabi Akir Jaman, Inilah 10 Kronologi dan Faktanya

Namun demikian, sejak tahun 1970-an alun-alun Kota Semarang berubah fungsi menjadi area bisnis atau komersial. Bahkan, meneurut  Mohammad Agung Ridlo,  pendopo yang indah itu dibongkar.

“Kalau kini ada upaya revitalisasi alun-alun, Pemkot Semarang harus membikin alun-alun di setiap kecamatan, kelurahan, RW, dan RT. Kita di perkotaan miskin ruang terbuka hijau, sehingga harus diperbanyak alun-alun itu,” saran dia.

Ketua Umum Satupena Jawa Temgah, Gunoto Saparie menyatakan terima kasih kepada Pemkot Semarang yang bersedia bekerja sama untuk mengadakan  kegiatan ini.

Baca Juga: Primbon Jawa; Kamis Pahing, Inilah Jalan Termulus Sukses Karir Prefesimu

Apalagi dalam dialog kebudayaan selain dapat menjalin komunikasi sinergis, juga memunculkan ide-ide sangat solutif untuk menggapai suatu sintesa yang lebih segar.

“Semoga hasil diskusi ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi eksekutif maupun legislatif,” kata Gunoto Saparie yang juga Ketua Umum Dewan Kesenian Provinsi Jawa Tengah. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler