KARANGANYARNEWS - Angka 77 yang melekat dalam logo HUT Kemerdekaan RI di tahun 2022, bermakna sakral dalam falsafah filosofi Jawa.
Angka 77 yang menandai usia kemerdekaan bangsa Indonesia, dalam falsafah filosofi Jawa juga disebutkan merupakan pralambang bilangan terpenting dalam tata kelola kehidupan.
Baik dalam makrokosmos yang dalam kehidupan masyarakat Jawa disebut 'jagad gedhe', demikian halnya mikrokosmos yang sering dikatakan juga 'jagad cilik'.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi: Nasi Tumpeng Kemerdekaan, Ilmu Mawujud Filosofi Kehidupan
Keterkaitannya angka 7 dengan berbagai aspek kehidupan ini, sebagaimana dilansir KaranganyarNews.com dari beberapa sumber menyebutkan, diantaranya tentang penciptaan alam semesta 7 hari.
Dalam tata kelola kehidupan Jawa, juga disebutkan langit itu berlapis tujuh bahasa Jawa-nya 'langit sap pitu', hingga nama-nama hari dalam rotasi hitungan satu minggu pun berjumlah 7.
Simbul angka 7 yang Bahasa Jawa-nya berarti 'pitu', dalam falsafah filosofi Jawa dimaknai 'pitulungan' (pertolongan), 'pituduh' (petunjuk) dan 'pitutur' (ajaran) sering dimaknai juga 'wejangan'.
Baca Juga: Cek Fakta: AKP Rita Yuliana Menjanda, Gegara Selingkuh dengan Ferdy Sambo
Falsafah filosofi adi luhung warisan nenek moyang kita tadi, bahkan hingga saat ini tetap menjadi pemahaman di luar kepala masyarakat Jawa," kata Ki Buyut Lawu, Ketua Komunitas Kiai Damar Sesuluh (Spirit Reliqius, Cultural & Education).
HUT Kemerdekaan RI tahun 2022, bertepatan yang ke 77 tahun. Karena itulah, angka tujuh berjajar atau dobel (77) ikut menghiasi logo HUT Kemerdekaan RI tahun 2022 ini.
Terkait angka 7 dengan momentum kemerdekaan bangsa Indonesia ini, sebenarnya saat kemerdekaan dikumandangkan pertama kalinya juga sudah tertera angka 7, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945.
Baca Juga: Kaum Pria Wajib Tahu, Inilah 11 Katuranggan Gairah Asmara Kaum Wanita
Namun demikian, dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun 2022 ini disebut-sebut momentum sangat istimewa, karena usia kemerdekaannya 77 tahun yang memiliki lambang bilangan 7 berjejer dua atau dobel.
"Sangat krusial dijadikan momentum seluruh elemen bangsa Indonesia untuk mencari 'pitutur', 'pituduh' dan 'pitulungan' dari keterpurukan berbagai aspek kehidupan," pesan Ki Buyut Lawu yang juga penulis buku 'Horoskop Jawa Milenial' tadi. ***