Catatan Harlah 1 Abad: Memadukan Cinta di Bola Dunia NU (1)

- 8 Februari 2023, 19:35 WIB
Mufid Rahmat, Penulis Buku 'Semua Akan NU Pada Waktunya'
Mufid Rahmat, Penulis Buku 'Semua Akan NU Pada Waktunya' /Foto: Dok Pribadi/

Oleh |.| Mufid Rahmat

MENTARI pagi masih dipelukan Mega yang menggelayut di langit Sidoarjo. Desah ribuan jamaah bersahutan bagai alunan dzikir yang tak terhenti,  ritme kaki yang menapaki jalanan membuahkan peluh mengalir dari dahi dan tengkuk.

Pagi itu Saya menyusuri Jln Juanda, Surabaya, menuju Stadion Delta Sidoarjo, lokasi puncak resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU). Baru beberapa menit mobil berjalan melambat, kemudian berhenti menunggu  ratusan mobil di depan yang juga berjalan merayap.

Alhamdulillah, mobil bisa bergerak lagi walau hanya beberapa meter. Berhenti lagi, kali ini lama sekali. Saya meminta driver menepi, tapi sejauh mata memandang kanan kiri jalan dua arah itu sudah disesaki mobil, rapat bagaikan tembok Berlin.

Baca Juga: Gratis, 20 Link Twibbon 1 Abad NU Paling Aplikatif Teruntuk Semua Media Sosial

Sesampai di Hotel Fave, Saya berjalan kaki penuh optimisme. Berjalan pun harus berbagi dengan jamaah lain, tetap bersemangat meski berjalan kaki sekitar lima kilometer.

Sepanjang jalan Saya melihat banyak orang berbaik hati. Sebuah Ormas non NU mendirikan posko besar, dibarengi pelayanan dan persediaan makanan serta minum gratis untuk warga NU.

Ada tenda yang membagikan minuman dan makanan gratis bagi warga NU yang melintas di berbagai tempat, sepanjang jalan. Ada nasi bungkus, air mineral, ada juga pelayanan kesehatan gratis.

Baca Juga: 1 Abad NU: PP Pagar Nusa Siapkan 12 Musik Theme Song, Gandeng Anisa Rahman hingga Abah Lala

Di sepanjang Jln Pahlawan, saya melihat sejumlah Ormas dan institusi lainnya memberikan pelayanan bantuan kepada warga NU. Halaman rumah  mereka diperuntukan parkir kendaraan, toilet mereka dibuka teruntuk yang membutuhkan.

Saya juga menyaksikan gambar para tokoh dan yang merasa tokoh di sepanjang jalan menuju lokasi resepsi Harlah 1 Abad NU, berbagai ukuran dan gaya. Baleho dan benner yang memajang gambar para tokoh dan mereka yang merasa tokoh, menjadi sisi lain perhelatan akbar ini.

Ada Ketum Parpol, ada legislator berbagai level, ada calon legislator, ada pejabat, ada juga Banom NU dan muassis NU walau tidak menonjol. Kita tidak perlu negatif thinking, prejudice dan menjudge para tokoh yang terpampang dalam gambar tesebut.

Baca Juga: Layak Jadi Rollmodel, Sinergitas Muhammadiyah dan NU Demi Kemaslahatan Umat

Kita harus khusnudlon atau positif thinking, NU itu memberikan berkah. NU itu layak dicintai, karenanya logis jika banyak yang mencintainya.

Mereka yang berduyun-duyun datang menyaksikan langsung dengan tenaga dan keringat ke acara resepsi Harlah, adalah para pencinta dan ingin memadukan cintanya dengan sesama penyinta.

Demikian pula mereka yang datang dengan baleho, poster dan bener, dengan cukup tersenyum manis seraya melambaikan tangan juga para pencinta jam'iyyah yang didirikan para ulama pondok pesantren.

Baca Juga: Gunung Merapi Hari Ini Luncurkan Awan Panas, Tamansari dan Musuk Diguyur Hujan Abu

Rasanya terasa menyelisihi keinginan para muassis jam'iyyah ini, jika kita negatif thinking dan prejudice melihat gambar-gambar tersebut. Apalagi mengatakan, bahkan terkonotasi menuduh diantara gambar tersebut mendominasi dan sarat interest politis.

Termasuk juga, jikalau kita menyoal masalah busana yang dipakainya dalam foto-foto besar tadi. Seperti surban misalnya, dikarenakan sebelumnya mereka tidak pernah mengenakan surban.

NU tidak menutup diri bagi individu tertentu dan komunitas tertentu, tidak ada dikotomi. Baik antara miskin dan kaya, pribumi nonpribudi, NU lama dan mendadak NU.

Baca Juga: Nasib Keberuntungan dan Pasang Surutnya Rejeki Weton Rabu Kliwon, Menurut Primbon Jawa

Selain itu NU juga tidak mengenal kasta, karena NU menganggap semua setara dalam bingkai ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah insaniyah atau basariyah.

Dalam Qonun Asasi, Hadratus Syech, KH. Hasyim Asy'ari mengatakan, "Marilah Anda semua dan segenap pengikut Anda dari golongan para fakir miskin,  para hartawan, rakyat jelata dan orang orang kuat, berbondong bondong masuk jamiyah Nahdlatul Ulama".

"Masuklah dengan kecintaan (bil mahabbah), kasih sayang (bil widadi), rukun (ulfah), bersatu (wal ittihad) dengan ikatan jiwa dan raga (ittishal bi arwahin wa ajsadin)".

Baca Juga: Resep Herbal dr Zaidul Akbar: Bekatul Mujarab Sembuhkan Penyakit Maag

Apa yang dikatakan beliau, ternyata masih sangat relevan dengan kondisi kekinian. Resepsi Harlah 1 Abad sekarang ini menjadi bukti, banyak manusia berbondong-bondong memasuki Bola Dunia NU dengan riang gembira, dengan solidaritas, dengan cinta dan dengan kasih sayang.

Kita tidak perlu khawatir NU akan dimanfaatkan, tidak perlu menyoal interest pribadi masing masing, karena NU memiliki 'sistem digital' dan atau 'computerized'. (Bersambung)

Mufid Rahmat |.| Penulis Buku 'Semua Akan NU Pada Waktunya' (LKiS, 2021)

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah