Orang dengan eksibisionisme atau eksibisionis akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan ketika mempertontonkan bagian tubuhnya pada orang lain. Eksibisionis bahkan bisa makin bergairah ketika orang tersebut menunjukkan reaksi jijik dan takut.
Buku panduan diagnostik gangguan jiwa, DSM Edisi ke-5 menyebutkan, sebanyak 2–4 persen eksibisionis adalah laki-laki. Namun, tak menutup kemungkinan perempuan bisa mengalami penyimpangan ini sebagaimana yang dilakukan seorang selebgram beberapa waktu lalu.
Eksibisionisme tergolong ke dalam kategori penyimpangan parafilia yang menandakan seseorang memiliki fantasi, gairah, dan hasrat yang tinggi terhadap benda, aktivitas intim, serta perilaku lain yang tidak lumrah.
Baca Juga: Viral Media Sosial, Tumbang Disapu Angin Pohon Munggur Berdiri Tegak Sendiri
Eksibisionis biasanya memiliki orang tua yang kerap mengkritik, menghina, berlaku kasar, dan sering mempermalukannya. Hal ini dapat menimbulkan trauma masa kecil. Trauma masa kecil lama-kelamaan bisa menumbuhkan sifat narsistik yang berlebihan. Hal ini membuat seorang eksibisionis sangat ingin diperhatikan dan dikagumi orang lain.
Di sisi lain, penyebab eksibisionisme bisa lebih kompleks dari perilaku narsistik. Perilaku menyimpang ini dapat menjadi bentuk mekanisme (coping mechanism) untuk mengatasi trauma akibat dipermalukan dan dihina di masa lalu.
Dengan memenuhi hasrat seksual dari perilaku eksibisionisme, seorang eksibisionis seolah-olah mendapatkan kuasa dan kekuatan sebagai pengganti (kompensasi) atas hal yang direnggut dari dirinya di masa lalu. ***