Dua bahan dasar dan utama handycraf gerabah tadi, disatukan dan dibuat tanah liat dengan dengan mesin penggiling. Nah, tanah liat basah inilah yang kemudian dibuat aneka jenis gerabah.
Baca Juga: Kurma Penyubur Kandungan dan Promil, Resep Herbal Ala dr Zaidul Akbar
Seluruh proses pembuatan gerabah, hingga saat ini masih dilakukan dengan cara manual dan peralatan tradisional. Termasuk proses pembakarannya, ditaruh dalam tobong dengan perapian kaya selama 12 jam.
Kendati demikian, menurut karyawan di showroom WBC setiap hari mampu memproduksi ratusan gerabah ukuran kecil maupun yang berukuran besar. Dikerjakan oleh tangan-tangan terampil, sejumlah pekerja pengrajin gerbah yang selama ini dipekerjakan WBC.
"Jika secara kebetulan ada pesanan khusus dari konsumen, produksi gerabah untuk showroom diberhenti terlebih dulu, seluruh pekerja dikerahkan mengerjakan pesanan khusus tadi," terang dia.
Kendala yang hingga kini masih dihadapi puluhan pengrajin gerabah di Desa Melikan, disebutkan masih ketergantungan pada fakto alam. Cuaca, sangat menentukan produktifitas handycraf mereka.
Karena gerabah berbahan baku tanah liat ini prosesnya harus dijemur setelah diproduksi, jika cuacanya panas cukup dijemur satu hari sudah siap dibakar.
Namun demikian, jikalau tidak ada terik matahari proses pengeringannya membutuhkan waktu tiga hari, bahkan jikalau cuaca tidak bersahabat semisal hujan membutuhkan waktu lebih lama lagi.
Baca Juga: 5 Film Romantis dan Keren yang Cocok Ditonton Bareng Pasangan di Hari Valentine