Yakini Sunatullah, Tak Sesuai Impian pun Hidup itu Indah

- 4 April 2022, 22:12 WIB
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd.
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. /dok pribadi/

Ngaji Bareng |.| Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.

HIDUP seringkali tak seindah dan sesuai impian atau sebagaimana dibayangkan, kepahitan dan kegetiran kadang menghampiri hidup kita tanpa terduga.

Bagi yang beriman atau meyakini, hidup ini tetaap terasa nyaman dan menyenangkan. Namun sebaliknya, terkadang terlintas juga aktivitas kita sehari-hari serasa hanya sepertinya juga itu-itu saja.

Pagi bangun, berangkat kerja. Menjelang malam, pulang. Kemudian tidur. Besoknya kembali seperti itu juga. Ya inilah hidup, serasa hanya pergantian waktu ke waktu.

Baca Juga: Menelisik Seberapa Kekuatan Zikir Kita Dihadapan Allah

Semua yang kita temui dalam kehidupan, sebenarnya hanya ujian atau tantangan hidup, untuk kita kelola agar sesuai kehendaki-Nya. Tak perlu panik ketika menghadapi masalah. Kata orang-orang tua, ‘urip iku amung mampir ngombe’, transit minum.

Sebagaimana nasihat ilmuwan muslim ahli kedokteran modern, Ibnu Sina, yang dikutip rmco.id (9/4/2020), “Kepanikan adalah separuh penyakit. Ketenangan adalah separuh obat, kesabaran adalah awal dari kesembuhan.”

Kita harus yakin, bahwa semua yang terpampang di plataran bumi ini sudah di atur oleh Allah SWT. Sudah final. Walau demikian, Allah SWT dan Rasulullah SAW bersifat sangat demokratis.

Baca Juga: Membangun Peradaban Bangsa dari Lingkup Keluarga

Memberikan peluang sebesar-besarnya kepada manusia untuk berfikir, bersikap dan bertindak. Aturan main yang telah dikehendaki-Nya sudah terpahat jelas dalam Alquran dan al-Hadis. Tinggal kearifan kita, mau menggunakan atau tidak.

Kita mestinya bersyukur, dunia dengan segala isinya atau kenikmatan yang tak bertepi ini disediakan hanya untuk manusia. Namun demikian, semua ada batas akhirnya.

Dikarenakan hidup ini proses yang terus-menerus, hingga menuju batas akhir.  Usia manusia ada batas akhirnya. Bahkan dunia tempat kita berpijak pun ada batas akhirnya.

Baca Juga: Sucikan Hati di Bulan Suci; Inilah Jalur Termulus Meraih Hidayah Illahi

Karena itu pula, tidak perlu berlebihan ketika menyikapi berbagai fenomena yang terjadi di dunia ini. Biasa-biasa saja. Apalagi sampai mencari siapa “kambing hitam”nya, juga tidak perlu, semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak-Nya.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

“Kami jelaskan (yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. al-Hadid: 22-23).

Baca Juga: Memaknai Filosofi ‘Gusti Allah Mboten Sare’

Ayat di atas, menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang berputus asa akibat tidak dapat meraih hal-hal yang disukai atau diinginkannya”.

“Allah juga tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri atas kesuksesannya.” Karena kesuksesan seseorang juga atas kehendak-Nya. Semua itu titipan Allah, milik Allah dan akan kembali kepada Allah. ***

Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)  Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kamtibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x