Jangan Cintai Dunia Tapi Kuasailah Dunia

- 17 April 2022, 14:15 WIB
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd. /dok pribadi/

Ngaji Bareng |.| Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.

JANGAN cintai dunia, tapi kuasailah dunia. Demikianlah kiranya umat Islam memperlakukan dunia dan seisinya.

Sebab, bagi seorang muslim, dunia dan segala kenikmatannya bukanlah tujuan satu-satunya dalam hidupnya, ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu “ridho Allah”.

Kehidupan yang dibarengi dengan ridho Allah, dipastikan akan menemukan keserasian, keseimbangan antara dunia dan akhirat, hubungan vertikal dengan Tuhannya dan hubungan horizontal antara sesama mahkluk.

Baca Juga: Wajib Direnunghayati, Inilah Pesan Ali Bin Abu Thalib Teruntuk Kita

Islam bukanlah ajaran yang mendikotomikan antara dunia dan akhirat, tetapi bersifat mensinergikan antara keduanya. Dunia (kebutuhan dunia) perlu dicari, akhirat (ahlak, sepiritual) juga jangan sampai diabaikan. Pincang salah satunya, berarti mengabaikan spirit Islam.

Islam tidak mengajarkan orang harus melulu beribadah ritual semata, melupakan ihwal dunianya. Islam mencela terhadap perilaku hanya condong terhadap dunia belaka.

Islam justru mendorong, menyemangati pemeluknya untuk tampil ke gelanggang, mengatur dunia (menguasainya) dengan berpedoman kepada aturan-aturan Allah (Syariah).

Baca Juga: Keluar Flek dari Organ Intim Saat Puasa Ramadhan, Batalkah Puasanya?

Seperti itulah yang telah dicontohkan oleh Rosulluaalah SAW dan diteruskan oleh para sahabatnya, mereka mampu tampil sebagai umat yang diteladani, tidak hanya oleh muslim saja, bahkan oleh bangsa-bangsa non muslim.

Seperti kita ketahui, dalam perjalanan sejarah peradaban umat manusia, sejak diutusnya Muhammad menjadi Rasul, umat manusia mulai tercerahkan setelah sebelumnya sempat terjerumus dalam kegelapan yang cukup lama.

Dengan kepemimpinan Muhammad SAW, tempo dulu umat Islam tampil menjadi sebuah bangsa besar, berwibawa, mampu mengembangkan diri, hampir semua sektor kehidupan dikuasai oleh umat Islam. Sebut saja misalnya sektor ekonomi, yang di zaman moderen ini menduduki posisi sangat vital.

Baca Juga: Sinopsis Film Oma The Demonic, Tayang di Bioskop 21 April 2022

Beberapa saat setibanya dikota Madinah, Abdurrahman bin Auf (salah seorang sahabat Rosul) langsung menuju pasar untuk berniaga didalamnya.

Dengan ketekunan dan keuletannya, dalam beberapa tempo yang tidak begitu lama, Abdurarahman bin Auf telah menguasai pasar Madinah yang sebelumnya dikuasai oleh pedagang-pedagang Yahudi.

Karena spirit Iman-Islam, Abdurahman bin Auf mampu menjadi pedagang besar kaya raya dan menguasai sektor perekonomian di Kota Madinah.

Baca Juga: Islam Meninggikan Kedudukan Kaum Wanita, Inilah Prinsip Kesetaraannya

Dengan bekal itu, ia mampu berkontribusi harta dalam perjuangan jihad fisabilillah, baik jihad di medan tempur melawan orang-orang kafir, maupun jihad di lapangan sosial membantu fakir miskin, anak yatim dan pembangunan sarana ibadah.

Dengan kekayaan yang dimilikinya, ia selalu dibarisan terdepan dalam melayani kebutuhan umat. Ia pernah menginfakkan hartanya, 700 ekor unta beserta seluruh muatannya.

Dari kisah Abdurrahman bin Auf, seharusnya mampu membangkitkan semangat kewirausahaan dikalangan kita umat Islam, kewirausahaan yang didasari oleh etika Iman-Islam, menjauhi cara-cara liberalis.

Baca Juga: Catat, Inilah Dua Hal yang Harus Diingat Dan Harus Dilupakan

Diharapkan di zaman ini muncul Abdurahman-Abdurrahman baru yang siap berwirausaha, dan dari hasil usahanya sebagian diinfakkan untuk kepentingan dakwah Islam. Umat Islam sangat mengharapkan, bahkan memerlukan usahawan-usahawan tipe Abdurrahman bin Auf, bukan tipe Tsa’labah.

Tsa’labah adalah tipe orang yang cinta dunia dan ingin selalu menguasainya. Awalnya, Tsa’labah hidup miskin kemudian berkat doa Rosulluallah SAW, Ia menjadi usahawan sukses dibidang perternakan.

Hewan ternaknya sangat banyak, ia menjadi orang kaya baru. Semula, ketika miskin rajin sholat berjamaaah bersama Rosul. Ketika hartanya bertambah banyak, ia melalaikan ibadah bahkan berani menolak membayar zakat, Tsa’labah menjadi kufur nikmat dan kehidupannya berakhir tragis.

Baca Juga: Ukhuwah Islamiyah Sebagai Penanda Kadar Keimanan Kita

Beberapa abad sebelum Tsa’labah, tepatnya di zaman nabi Musa AS, hidup seorang saudagar yang sangat kaya raya, Qorun namanya. Kunci-kunci gudang harta kekayaannya saja harus dipikul seekor unta untuk membawanya.

Semula Qorun rajin beribadah, ketika usahanya sukses dan ia menjadi kolongmerat di zamannya, ia berubah menjadi angkuh dan sombong, mengingkari Tuhannya.

Ia mengklaim, segala apa yang ia dapat dan kumpulkan adalah murni karena kepandaiannya. Allah pun kemudian menenggelamkan Qorun kedalam bumi,  beserta seluruh harta kekayaannya.

Baca Juga: Islam Meninggikan Kedudukan Kaum Wanita, Inilah Prinsip Kesetaraannya

Dunia adalah sarana menuju akhirat. Rosul bersabda; “Ad dun ya maz roatul aakhiroh, Dunia adalah sawah-ladangnya akhirat”. Juga firman Allah; “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari ( kenikmatan ) duniawi. ( QS. Al Qoshos Ayat 77 )

Jadi, muslim yang baik adalah yang mau berusaha untuk urusan dunia demi agama dan akhiratnya. Lihatlah bagaimana Rosululloh SAW sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rosul, adalah seorang pebisnis yang jujur.

Bisnis dengan kejujuran akan membawa barokah, berputarnya perekonomian yang dapat membawa manfaaat bagi banyak orang. Pebisnis hitam (tidak jujur), selain merugikan diri sendiri juga berpotensi mengganjal tersebarnya barokah.

Baca Juga: Mudah Dijalani, Inilah Tauladan Merawat dan Memperbaiki Hati

Seorang muslim dituntut untuk mampu menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dunianya bahagia, tetapi melupakan akhirat adalah tipuan belaka. Akhiratnya bahagia sedangkan dunianya susah, juga kurang tepat, karena nanti menjadi olok-olokkan orang-orang yang tidak suka kepada Islam.

Para Nabi terdahulu, mereka juga adalah pribadi-pribadi yang cakap dalam urusan dunia. Nabi Daud ahli metalurgi, Nabi Musa ahli perternakan, Nabi Idris ahli kerajinan, Nabi Nuh ahli pertukangan ( perkapalan ), nabi Isa ahli pengobatan, Nabi Yusuf ahli perekonmian.

Semua ini menunjukkan bahwa umat Islam harus unggul disegala bidang kehidupan dengan tetap menjadikan akhirat sebagai orientasi utama, bukan dunia yang diutamakan, apalagi dikuasai untuk dicintai.

Baca Juga: Yakini, Takdir Allah Pasti Akan Memberikan Terbaik

Mengambil kata mutiara dari Kholifah Umar bin Khottob RA; “Dunia adalah Wasilah”. Mudah-mudahan kita mau dan mampu menggapai kejayaan dunia dan kebahagiaan akhirat. ***

Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)  Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kamtibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah